Best Friend Of Village








Best Friend Of Village => Water Oil City :D

Arie In Action

Sore - sore udah turun hujan :( lumayan deras bawaannya ngantoek..hhooaaammm...penginnya sih tidur tapi inget kata nenek "gak boleh tidur sareupna alias sore - sore apalagi menjelang magrib PA - MA - LI.." padahal mah biarin ajahh atuh.. PAMALI mah udah ada BUMALI nya ini.. wkwkwkwkwkwkwk.....ngacccoooo....

Ya udah daripada gak ngapa - ngapain mending iseng aja main gitar...it's just for share not For sell heheheee...

Iseng tiada akhir ... :D

Pelajaran Hidup


Pengalaman adalah guru yang tegas, karena ia menguji dahulu, baru mengajarkan.

(Aturan Vernon Saunders)



“ Aku Bermimpi keemapat anak-anakku kelak akan hidup disebuah Negara dimana mereka tidak diukur berdasarkan warna kulit melainkan berdasarkan kepribadian asli mereka…”

(Martin Luther King Jr)


Pergilah dengan keyakinan menuju cita-citamu. Jalanilah hidup yang kau bayangkan.

(Henry David Thoreau)


Dalam dunia yang menyedihkan ini, derita datang tidak pandang bulu,Dan sering disertai siksa tak terperikan.Penanggulangan yang sempurna, itu musatahil,kecuali menunggu waktu.Kini kau yakin bahwa kau tak mungkin membaik!

Tapi ini tak benar,kau pasti akan bahagia lagi dengan menyadari ini sungguh-sungguh, mempercayai Membuatmu takkan selalu sengsara.

Aku punya cukup pengalaman ‘tuk mengatakan semua ini.

(Abraham Lincoln)


Kekayaan pengalaman manusia akan kehilangan ganjarannya yang menggembirakan jika tak ada keterbatasan yang harus dilewati.

(Helen Keller)



Aku menghampiri Ayah, dan berkata kepadanya,
Ada anak baru di sekolahku.
Ia berbeda dari aku dan Ia tidak terlalu pendiam.
Tidak, ia sama sekali tak seperti aku, tak seperti aku!

Tidak, ia sama sekali tak seperti aku.
Ia berlari dengan sentakan-sentakan yang lucu,
Dan ia tidak pernah juara dalam perlombaan.
Kadang- kadang ia lupa di mana letak base pertama,
Dan ia sama sekali tak seperti aku, tak seperti aku!

Tidak, ia sama sekali tak seperti aku.
Ia sepanjang hari belajar di kelas khusus,
Dan kata orang kelas itu disebut Pendidikan Khusus.
Dan kadang-kadang aku tidak mengerti ucapan-ucapannya,
Dan ia sama sekali tak seperti aku, tak seperti aku!

Tidak, ia sama sekali tak seperti aku.
Wajahnya tampak berbeda dari aku,
Dan ia bicaranya kadang-kadang lambat,
Dan itu membuatku merasa lucu dan satu hal yang aku tahu;
Ia sama sekali tak seperti aku, tak seperti aku!

Tidak, ia sama sekali tak seperti aku.
Lalu ayahku berkata, “Nak, aku ingin kau berpikir
Pabila mungkin bertemu seorang yang baru dan berbeda
Itu mungkin agak aneh, tapi nyata,
Tapi ia tak sangat berbeda darimu, dari dirimu!

Tidak, ia tidak sangat berbeda darimu.”
Memang, kuakui, aku telah melihat wajahnya;
Ketika ia kalah waktu bermain, ia merasa kecewa.
Dan ketika anak lain menggodanya, ku lihat ia sedih sekali.
Kupikir itu tidak begitu berbeda dariku, dari diriku!

Tidak, itu tak sangat berbeda dariku.
Dan ketika pelajaran musik, ia senang menyanyi.
Dan ia menyanyi persisi seperti aku, keras dan nyaring.
Ketika ia menerima rapot, aku tahu ia bangga.
Dan itu tak sangat berbeda dariku, dari diriku!

Tidak, itu tak sangat berbeda dariku.
Dan aku tahu dikantin ia merasa senang sekali;
Ia suka hot dog, es krim, dan goreng-gorengan,
Dan ia tak suka bayam dan itu mengejutkan.
‘Karena itu tak begitu berbeda dariku, dari diriku!

Tidak, itu tak sangatberbeda dariku.
Dan ia selalu sanagat ramah, ia tak pernah lupa menyapa,
Dan ia melambai serta memanggilku.
Dan ia senang berteman dan ikut bermain,
Jelas tidak begitu berbeda dariku, dari diriku!

Tidak, kupikir itu tidak berbeda dariku.
Dengan orangtuanya sungguh menyayanginya, aku melihat mereka di sekolah.
Aku ingat pada Malam Pesta Sekolah
Mereka tersenyum bangga dan memeluknya erat-erat,
Dan itu tak sangat berbeda dariku, dari dirku!

Tidak, itu tak sangat berbeda dariku.
Maka kataku pada Ayah, “ Ingat temanku yang baru?”
Mm, aku telah merenungkannya.
Ada yang berbeda… dan ada yang tidak…
Tapi dalam banyak hal ia sungguh seperti aku, seperti diriku!

Ya, teman baruku… banyak mirip… seperti aku.

(Emily Perl Kingley)













Chicken soup for the unsinkable soul

Kekuatan Cinta


Ada jaring cinta yang dapat kita gunakan untuk menjaring jiwa-jiwa .

(Bunda Terese)


Jadilah seperti burung yang istirahat dalam terbangnya,Hinggap diranting yang terlalu ramping
Merasakan lenturnya,Kenikmatan ayunannya dan menyanyi,Tahu bahwa ia punya sayap.

(Victor Hugo)


Tatkala kau menylimputi meriam dari hujan badai, kau takkan pernah menikmati keindahan pembuatannya.

(Elisabeth Kübler- Ross)


Hidup sama dengan bayangan kecil yang berlari melintas lapangan dan hilang dengan sendirinya ketika matahari terbenam.

(Cr owfoot)


Last Words, 1890

Kehadiran seorang bayi mencerminkan pandangan tuhan bahwa dunia harus berkelanjutan.

(Carl Sanbderg)


Apabila jaring laba-laba disatukan, maka jaring itu dapat untuk mengikat singa.

(Arie)


Suatu hari, semua orang di dunia akan begitu mendambakan perdamaian sehingga semua pemerintah harus mengalah dan menyerahkan kekuasaannya kepada rakyat masing-masing.

(Dwight D. Eisenhower)


Diantara kita ada yang seperti kereta dorong beroda satu-hanya berguna ketika didorong, dan sangat mudah terguling.

(Jack Herbert)


Aku dapat hidup selama dua bulan dalam kesukaan.

(Mark Twain)


Kerjakan yang Anda bisa, dengan yang Anda miliki, dimana pun Anda berada.

(Theodore Roosevelt)


Pembuat Jembatan

Sesosok orang renta menyusuri jalan sepi
Menjelang malam dingin dan kelabu
Mendekati sebuah jurang besar, lebar dan dalam
Dibawah, air pasang mengalir kencang.
Lelaki tua itu menyebrang dalam cahaya temaram,

Arus bergolak tak membuatnya gentar
Tapi begitu tiba diseberang ia berbalik
Lalu dipasangnya jembatan untuk menyebrang
“Orang tua,” kata seseorang didekatanya.
“Engkau membuang tenaga dengan membangun disini,
Perjalananmu ‘kan berakhir di penghujung hari

Engkau takkan pernah lewat sini lagi
Engkau telah memintas jurang lebar dan dalam itu
Buat apa membangun jembatan dari ujung sini?”
Pemabngun jembatan itu mengangkat kepalanya yang kelabu.
“Teman, dijalan yang baru kulalaui,” katanya.
“Ada yang mengikuti aku.
Seorang yang lebih muda harus melewatinya

Arus bergolak mungkin sepele bagiku.
Tapi bagi orang muda mungkin jurang yang mematikan
Ia juga harus menyebrang dalam cahaya temaram
Teman, aku membangun jembatan baginya.”
(Will Allen Dromgoole)








Chicken soup for unsinkable soul

Meraih Mimpi-mimpi


Masa depan adalah milik mereka yang percaya tentang keindahan mimpi-mimpi mereka.

(Eleanor Roosevelt)

Kata tim dokter aku tidak akan pernah berjalan lagi, tapi ibuku berkata sebaliknya, maka aku lebih percaya Kepada Ibu.

(Wilma Rudolph)

“Wanita tercepat di Bumi,”

Peraih medali emas tiga kali, Olimpiade 1960.

KETABAHAN

Ketika seluruh dunia semakin suram
Dan semua tampak begitu jelas,
Ketika bayang-bayang tampak mulai menggantung
Tuhan, tabahkanlah aku!
Ketika segalanya telah dicoba
Dan kelihatnnya tidak ada jalan,
Buatlah aku tetap ingat
Kadang- kadang perjalanan memang lambat,
Aku mungkin hanya perlu berhenti dan istirahat
Sepanjang lintasan yang ku tempuh,
Saatnya untuk mencoba mengerti
Dan berbincang dengan Tuhan
Setelah kudapat kekuatan baru ku lanjut

Tanpa ragu atau takut,
Bagaimanapaun aku tahu masalah akan beres,
Maka, tabahkanlah aku!

(Anne Stortz)

Peluang…. Sering datang terselubung dalam bentuk kemalangan atau kekalahan sementara.

(Napoleon Hill)

Andai aku dapat memohon agar hidupku sempurna, Kemungkinan ini sangat menggiurkan, tapi aku akan merasa hampa, karena hidup tak lagi mengajariku apapun.

(Allyson Jones)









Chicken soup for unsinkable soul

Jangan Putus Asa




Ketika semua serba salah, sebagaimana biasanya,
Ketika jalan yang kau tempuh terasa mendaki,
Ketika uang hanya sedikit, sedangkan utang melilit,
Dan kau Ingin tersenyum, tetapi kau terpaksa mengeluh,
Ketika urusanmu terasa agak membebanimu,
Istirahat kalau perlu, tapi jangan berhenti.
Hidup ini aneh bila tanpa lekuk dan liku
Seperti apa yang kadang-kadng kita alami,
Dan banyak kegagalan yang kita jumpai,
Ketika semestinya kita berhasil, ada saja yang menghalangi
Namun jangan menyerah kendati gerak maju tampak lambat,
Siapa yang tahu berhasil pada usaha berikutnya.
Keberhasilan adalah sisi lain kegagalan,
Seperti tinta perak dibalik awan keraguan,
Dan kau tak pernah tahu seberapa dekat tujuanmu,
Mungkin sudah dekat ketika bagimu terasa jauh
Maka tetaplah berjuang bahkan ketika hambatan semakin keras
Ketika segalanya tampak sangat buruk,
Kau tetap tak boleh berhenti!

(Clinton Howell)


Kesulitan itu seperti bayi, hanya tumbuh besar lewat pengasuhan.

(Old Postcard)

Berkirim Surat adalah cara yang baik untuk pergi ke suatu tempat tanpa memindahkan apapun kecuali hatimu.

(Phyllis Theorux)









Chicken Soup For the Unsinkable soul

Serba-serbi kehidupan



Kapal di pelabuhan memang aman, tapi bukan itu tujuan orang membuat kapal .

Grace Hopper



Optimisme adalah pola piker ceria yang memungkinkan sebuah poci teh menyanyi meskipun terisi air panas samapai kemulutnya.

Anonim



Pribadi yang lemah merupakan satu-satunya cacat yang tak termaafkan.

Francóis de LáRochouca



Tak ada yang dapat menghentikan orang yang bersikap mental benar dari upaya meraih cita-cita, dan tidak ada satu pun yang dapat menolong orang bersikap menatal keliru.

Thomas Jefferson



Ketika berhadapan dengan tantangan, carilah jalan, tapi bukan jalan keluar.

David L. Weatherford




" Aku hanya manusia, tapi aku masih manusia, aku tidak dapat mengerjakan semuanya, tapi aku masih mampu berbuat sesuatu, dan Karena aku tidak mampu mengerjakan semuanya, aku tidak akan menolak untuk mengerjakan sesuatu yang mampu aku lakukan."

Edwad Everett Hale;











Chicken Soup For the Unsinkable soul


Galau ...

Didalam keheningan malam terkadang aku bertanya dalam hatiku, “Akankah aku dapat hidup bersama dengannya untuk selama-lamanya..??” , “akankah suatu hari dirikulah yang akan tercampakan..???”, “Mugkinkah aku bisa hidup bahagia...??”

Aku bukan meragukan cinta dan kasih sayangnya, tapi yang aku ragukan adalah pendiriannya!

Orang dapat berubah dalam sekejap mata, Apalagi dengan waktu yang cukup lama! Segala sesuatunya banyak hal yang akan terjadi tanpa kita duga.

Baik,buruknya nasib kita hanya Tuhan yang tahu!!!




Someone 2003

03 Januari 2003

Setiap malam aku tak dapat memejamkan mataku. Panjangnya waktu aku lalui dengan kegelisahan! Aku bukan memikirkan nasib hidupku saja,Namun aku memikirkan keadaan keluargaku dengan masalah-masalahnya.

Ya.. tuhan, Semakin hari,semakin parah dan aku benci dengan keadaan busuk ini!!! aku tak mampu berbuat apa-apa untuk mereka!Dan ini termat menyiksa batinku!

Ingin rasanya aku berbuat sesuatu untuk mereka,namun apalah dayaku...??? Aku tak mampu untuk memberikan apapun,walaupun aku kini punya suami untuk kedua kalinya tapi aku tak berharap banyak padanya karena aku hanyalah orang ketiga bagi kehidupannya.

Bila seandainya aku tahu caranya untuk bisa membuat orang tuaku bahagia, mungkin aku akan melakukannya.meskipun aku harus berkorban jiwa dan ragaku.

Ya.. Tuhan...,berikanlah jalan keluarnya agar aku dapat terbebas dari semua masalah-masalah ini! Dan berikanlah aku kesempatan untuk dapat menolong mereka yang sangat aku sayangi dan sangat berarti untukku.




someone

Siapa Dia ...???

Hhhmmm..Siapa sih dia...??? Kok tiba-tiba dia ada di tengah-tengah kita...??? Untuk siapa dia datang...???,Untuk apa dia datang....??? dari mana dia datang...??? dan masih banyak pertanyaan yang mengganjal tentang dia,untuk dia!!!


Pertengahan September 2010 setelah kita libur hari raya seperti biasa kita kembali bekerja dan bertemu rekan-rekan kerja yang lain.Memulai aktivitas seperti biasa, tapi ada hal yang tidak biasa saat itu, karena di tempat kita kehadiran seseorang yang sama sekali tidak kita kenal tiba-tiba udah ada di dapur sedang mencuci piring,sepertinya dia habis makan.

Hari Pertama aku masih acuh, karena yang seharusnya menyapa atau minimal tersenyum duluan itu dia bukan aku! karena dia orang baru harusnya dia tau lah mesti bagaimana menentukan sikap selaku orang baru terhadap orang - orang disini (yang baru dia kenal)???!!!

Hari kedua aku makin acuh saja,karena dalam dua hari saja orang seperti dia sudah bisa aku tebak, dia orangnya judes abis...kenapa aku berkesimpulan seperti itu??? ya, karena dari raut muka dia saja sudah kelihatan muka judes dan ternyata tafsiranku terbukti!!! Dari cara dia ngomong dengan nada tinggi dan sorot matanya di barengi dengan mengerutkan dahinya!
Tau gak sob...???yang lebih parah lagi baru masuk ke A**S udah nempati posisi Receptionist!!! Gilaaaaaa....kok bisa ya...??? padahal kita-kita disini yang sekarang ada di posisi yang lebih baik memulai semuanya dari NOL, ada yang memulai dari jadi Office Boy, Loundry dan lainnya, tapi dia hebat banget baru masuk udah indehoyyy ....
aku jadi kasihan sama staff yang udah mengabdi kerja lama buat Perusahan ini yang posisinya belum menjadi lebih baik gara-gara kehadiran mahkluk menyebalkan itu!!!

Next Time di lanjut lagi deh....

Kosong

Ngapain Lu Buka Artikel yang ini...????
Kan udah gue kasih tau judul postinganya juga "Kosong"
jadi ya... KOSONG deh...

Love is like water

“Di dalam hidup ini harus ada yang kita banggakan, Emir,” kata Ayah suatu hari, sebelum kembali ke tempat tugas, di Sydney.

Gadis bertubuh kurus, berkulit hitam manis, pendiam, yang bernama Emiriana itu tiba-tiba raib. Teman-temannya di kelas II B SMA Negeri Unggulan I merasa kehilangan dia, setelah liburan panjang. Pertanyaan gencar di antara teman-teman sekelasnya. Ke mana gadis yang sehari-hari disapa Emir itu pergi. Mengapa dia pergi tanpa pamit? Apa sebab dia menghilang tanpa jejak?

“Coba telepon ke rumahnya, Dini!” kata Meinar setibanya di rumah Dini.

“Hanya Bik Genah, si pembantu rumah tangga yang menunggu rumah itu, Mei,” ujar Dini.

“Apa kata Bik Genah?” Meinar bertanya lagi.
“Katanya, Emir pamit kepada seisi rumah pada hari libur pertama.

Bersamaan dengan kepergian Emir, 0m Faruk dan Tante Lili kembali ke tempat tugas di Sydney. Jadi, kusimpulkan, Emir enggak ikut orangtuanya, Mei.” Dini menjelaskan.

“Ya, pasti enggaklah,” ujar Meinar. “Sebab, setahuku, sejak lahir sampai selesai sekolah setingkat SMP dia di luar negeri melulu. Bayangkan, selama sembilan tahun Emir berada di berbagai kota di benua Amerika, Eropa, dan Australia. Kata Emir, dia sudah bosan di luar negeri. Dia ingin menetap di Indonesia yang hijau,” cerita Mei.

Seingat Dini, selama di SMA, Emir adalah pencinta alam. Setiap libur dia menjelajah berbagai pulau. Baginya, dana tidak pernah jadi masalah. Bunga depositonya selalu mencukupi kebutuhannya.

“Anak tunggal 0m Faruk dan Tante Lili itu memang gadis petualang,” kata Mei setelah menghabiskan es krim vanila yang dihidangkan Dini. “Dia suka menyendiri, menulis catatan harian, memotret, membuat film dokumenter, dan bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya,” sambung Meinar.

Mariam, teman sebangku Emiriana punya pendapat lain tentang kesenangan Emir bertualang.

“Emir merasa kesepian bila selalu sendirian di rumah,” kata Mariam suatu hari di kelas kepada Dini dan Meinar.

“Untuk apa dua pembantu rumah tangga, Bik Genah dan suaminya, Mang Udin?” tanya Dini, hari itu, di kelas, saat jam istirahat.

“Din, enggak nyambung pikiran Emir dan pikiran suami-istri itu,” tukas Mariam. “Emir itu kutu buku sejak kecil. Saat di TK, katanya, dia sudah biasa membaca buku cerita. Sedang Bik Genah dan suaminya membaca saja masih mengeja. Jadi, kedua manusia paruh baya itu bagi Emir benar-benar sekadar teman. Tak lebih dari itu,” tambah Mariam.

Dini dan Meinar mengangguk-anggukkan kepala setelah mendengar cerita Mariam itu.

“Aku makin ngerti tentang Emiriana,” bisik Meinar.

“Dia kan anak orang-orang pintar, Mei,” kata Dini.

“Yes, my dear, I see,” ujar Meinar..

Emiriana sangat sadar, dia itu adalah anak tunggal orang pintar. Kalau tidak pintar, tidak mungkinlah mereka bisa jadi staf di kedutaan. Tetapi, di kelas, selama ini, Emir tidak menonjol. Setiap terima rapor maupun kenaikan kelas, dia paling tinggi mendapat ranking sepuluh di kelas. Hal itu selalu menjadi pikiran Emir. Sering sekali, Emir merasa dirinya tidak cerdas. Dia paham, tidak selalu anak orang pintar sama pintarnya dengan orangtuanya. Sebaliknya, tidak jarang anak-anak orang biasa, wong ndeso, bisa saja berotak cerdas.

Sebenarnya, Emiriana mengembara setiap hari libur adalah dalam rangka mencari tahu banyak hal tentang kehidupan ini. Terutama, dia ingin bertanya apa saja tentang misteri dirinya sendiri.

Sungguhpun Emir tidak menjadi siswi yang menonjol di bidang pelajaran di sekolah, dia tidak rendah diri. Emir telah menemukan kekuatan di bidang lain, yakni bidang seni, terutama seni rupa dan seni sastra. Lukisan-lukisannya, puisi dan cerita pendeknya sudah menghiasi majalah dinding di sekolah dan dimuat di majalah yang berbobot di luar sekolah. Saat kelas naik kelas dua, Emir sudah berani pameran tunggal lukisannya di Galeri Nasional. Saat itu 57 lukisannya dipamerkan dan mendapat perhatian para kritikus dan kolektor lukisan.

Jika Emir disebut-sebut sebagai siswi yang kecerdasannya biasa-biasa saja, itu dia terima dengan ikhlas. Bila kecerdasan yang biasa-biasa saja itu dinilai orang lain adalah suatu kekurangan, Emir pun paham. Dia telah belajar sekeras-sekerasnya. Lalu, apa yang dia banggakan di usia remaja? Kecantikan? No way! Emir tidak pernah merasa dirinya cantik atau bertubuh indah. Fisiknya biasa-biasa saja. Kulitnya hitam manis. Tubuhnya boleh dibilang ceking.
“Di dalam hidup ini harus ada yang kita banggakan, Emir,” kata Ayah suatu hari, sebelum kembali ke tempat tugas, di Sydney. “Nah, pertanyaan Ayah, apa yang Emir banggakan di usia remajamu?” sambung Ayah Faruk.

“Menurut pendapat Ayah, apa yang patut Emir banggakan?” Emir balik bertanya kepada Ayah.

“Prestasimu di bidang seni lukis dan seni sastra, Ayah kira,” jawab Ayah.

“Apakah pendapat Ayah itu tidak sekadar untuk menyenangkan hati Emir?”

“Pendapat Ayah disertai bukti, yakni prestasimu itu sendiri, Sayangku!”

Maka, Emir hakkul yakin, dia telah menemukan kelebihan di dalam dirinya, yakni bakat seni rupa dan seni sastra. Selanjutnya, bakat itu dia asah terus, dan dia latih tanpa henti agar menjadi besar dan terus besar. Namun, prestasi yang telah dicapainya tidak menjadikan dia besar kepala atau congkak. Justru, dia semakin rendah hati, dan semakin senang merenung dan bertualang mencari sesuatu yang baru.
***
Suatu hari, dalam pengembaraannya di Sumatera Selatan, di kabupaten Tanjung Enim, Emir menemukan air terjun kecil. Di bawah air terjun kecil itu tampak batu-batu cadas raksasa yang kukuh dan keras. Tetapi, setelah bertahun-tahun, air terjun kecil itu jatuh dan jatuh terus-menerus menimpa batu-batu raksasa Cadas yang keras dan tegar itu, akhirnya batu-batu itu berlubang. Air terjun kecil itu berhasil membuat lubang pada batu cadas yang keras itu. Menyaksikan kejadian alamiah itu, Emir lama merenung.

“Apa yang Anak temukann di air terjun kecil ini?” Seseorang bertanya kepada Emir.

“Kakek ini siapa?” Emir bertanya dalam keterkejutannya.

“Namaku Kurun,” jawab si kakek berjenggot putih. “Aku menjaga kebun kopi di lembah sana!” Si Kakek menunjuk ke lembah.

“0h, Kakek memiliki kebun kopi yang luas sekali!” puji Emir.

“Bukan milikku, Nak. Em, siapa namamu?”.

“Emiriana. Sehari-hari, aku disapa Emir, Kek. Eh, em, jadi itu kebun kopi siapa?”

“0rang kota menyuruhku menjaganya.”

“0h, Kakek dipercaya, ya?”

“Ya, Nak. Kepercayaan itu bagi Kakek sangat mahal.”

Si Kakek beruban, berjenggot putih, dan bertongkat memuji keberanian Emir menjelajah. Katanya, sangat langka seorang gadis berani mengembara seorang diri dan berpakaian seperti busana lelaki pula.

“Jadi apa yang Anak cari?” tanya Si Kakek pula.

“Aku mencari pengalaman baru dan pengetahuan baru karena aku merasa miskin di kedua hal itu,” jawab Emir sejujurnya.

“Bagus!” ujar Si Kakek sambil menunjukkan kedua jari jempol tangannya.

Ketika Si Kakek kembali ke kebun kopi yang dijaganya, sadarlah Emir. Hari libur tinggal dua hari lagi. Maka segera dia berkemas untuk menuju Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang. Pagi-pagi sekali dia akan terbang ke Jakarta karena lusa, sekolah sudah dimulai lagi.
***
Tiba di sekolah, Emir dikerubungi teman-temannya. Banyak pertanyaan diajukan kepadanya. Apa jawab Emir?

“Tunggu jawabannya dalam buku pertamaku yang akan terbit,” jawabnya sambil tersenyum.

“Buku apa, sih?” desak Dini.

“Lihat saja nanti…,” kata Emiriana sambil tersenyum..




K.usman



Mirza Buncis

Sebenarnya Jaya menunggu reaksi keras lagi kasar dari Mirza dengan jawabannya. Tapi ini lain, Mirza membisu. Menatapnya tenang seperti laut tanpa ombak. Akhir dari tatapan itu, dia tersenyum. Senyum yang tak bisa Jaya mengerti.

Hujan pertama akhirnya jatuh pada November, setelah terserang gersang yang hampir saja meretakkan bumi. Bukannya menjadi anugerah buat Yani, tapi sebaliknya, membawa bencana. Dan semua itu karena ulah Mirza, Kawazaki Ninja-nya yang meraung masuk halaman sekolah, melaju seolah di jalanan umum. Genangan air yang kebetulan sejajar dengan posisi langkah Yani, digilas ban dengan sengaja, hingga air keruhnya terpercik ke seragam Yani.
Yani ingin berteriak, mencaci, menyumpahi, bahkan melemparnya dengan batu yang kebetulan tergeletak di dekatnya, tapi Yani merasa itu percuma. Di pihak Mirza, bukannya menghentikan motor lalu minta maaf, malah berbalik dan mengedipkan mata kiri ke arah Yani. Kedipan yang mengejek lagi sinis.
Bukan hanya di mata Yani, hampir semua penghuni sekolah, utamanya cewek, menangkap sosok Mirza sebagai cowok kurang ajar. Mungkin lebih tepat lagi disebut bejat. Penampilannya saja sudah urakan, telinga dan hidung ditindik, rambut dicat pirang, ujung kemeja tak pernah masuk dalam celana, bahkan jarang dikancing, hingga otot-ototnya yang kekar nampak jelas terbalut kaos ketat. Melihat penampilan seperti itu di mal, mungkin wajar-wajar saja, tapi ini di sekolah. Meski statusnya sekolah swasta, ini tempat orang-orang yang ingin dididik.
Namun swasta-nya itulah yang membuat Mirza bisa berbuat seenak perut. Papanya adalah pemilik yayasan sekolah ini, jadi guru pun tak berani “memberinya pelajaran” jika dia benar-benar telah kurang ajar. Mirza pun semakin mengannggap dirinya sebagai “tuhan”.

Mirza punya banyak massa cowok, yang tentu saja teman sesama urakan, hingga di kantin sekolah pun tak sungkan ngomong vulgar, lalu tertawa terbahak-bahak hingga langit-langitnya kelihatan. Pokoknya, semua yang ada pada Mirza, membuat Yani dan cewek lain harus rela menerima sakit hati tanpa bisa membalasnya.
“Cewek-cewek di sekolah ini nggak ada yang selevel denganku. Mereka adalah Ninox sentulata malaccensis. Itu nama Latin untuk pungguk. Elang malam yang suka memandang bulan. Kalau bukan bulan yang jatuh untukmu, jangan harap Mirza jadi milikmu,” ungkapnya sombong saat keputusannya untuk menjomblo dipertanyakan.
Memang sih, Mirza cakep. Dari matanya yang tajam, selintas dia seperti blasteran India. Belum lagi, tahu matanya begitu memukau orang yang melihatnya, terkadang dia menghiasinya dengan celak, hingga bola mata itu semakin manyala. Belum lagi bibirnya yang terukir sempurna, dan merah alaminya melebihi cewek berlipstik. Ya, tak ada yang kurang pada diri Mirza, kecuali kekurangajarannya.
Ada lagi tentang kesempurnaan Mirza, tubuh atletisnya begitu memukau saat terbawa langkah. Melenggang seperti di atas sebuah cat walk, mungkin karena dia merasa selalu jadi bahan perhatian, hingga langkah pun harus sesempurna mungkin. Sosok Mirza jauh lebih sempurna dibanding dengan model ataupun bintang sinetron yang sering membuat ABG screaming.
“Kenapa dengan seragammu?”
Yani, yang menerima pertanyaan Jaya, ingin menyembunyikan kejadian yang sebenarnya, tapi kegugupannya membuat Jaya menuduh Mirza sebagai pelakunya.
“Ini ulah Mirza, kan?”
“Nggak usah diambil hati, Jay!”
“Tapi ini bukan yang pertama kalinya, Yan. Ini pelecehan buatku sebagai pacar kamu.”
“Tapi diladenin malah tambah ruwet. Kamu mau dikeluarin sekolah gara-gara berurusan dengan dia.”
“Kamu nggak ngerti perasaan cowok, Yan. Lalu apa gunanya kamu jadi pacar aku, kalau aku terus-terusan membiarkan orang mempermainkan kamu, nyakitin kamu.”
Jaya sudah berlalu dari hadapan Yani, untuk mencari Mirza dan membuat perhitungan, tapi Yani kembali berhasil mencegatnya. Tanpa sadar, Yani mencengkeram pergelangan Jaya keras.

“Kumohon, Jay! Jangan layani emosi kamu. Aku tahu kamu mencintai aku, ingin melindungi aku... tapi mengalah di depan Mirza, jauh lebih kuhargai. Semua orang kenal Mirza. Dia itu kasar, keras hati, kurang ajar, bejat…”
“Dan dia akan terus begitu, jika nggak diberi pelajaran…”
“Melawan orang yang keras hati seperti dia, sama halnya ikut menjadi budak nafsu.”
Jaya terdiam. Bukan karena emosinya telah reda, tapi karena tak tega melihat Yani memelas di depannya. Dia tetap menyimpan dendamnya untuk Mirza. Dendam itu mengepul dalam kawah hatinya, dan suatu saat akan diletuskannya di depan Mirza.
***
Jaya sengaja terlambat masuk kantin. Dia tahu kebiasaan Mirza dan teman geng-nya yang selalu terlambat masuk kelas dengan nongkrong di kantin. Jaya juga melakukan itu, dia tak perduli, bel yang barusan berbunyi menandakan dia harus duduk manis di kelas untuk menerima pelajaran Kimia kesukaannya.
Dia mengambil posisi tepat bersebelahan meja dengan Mirza dan teman geng-nya.
“Bakso tanpa mie, minumnya es teh.” Pesan Jaya tanpa memperdulikan bagaimana reaksi Mirza yang tak jauh darinya.
Sementara Mirza sendiri, tak mampu menahan keheranannya, melihat sikap Jaya hari ini. Dia tahu betul, Jaya paling tak suka masuk kelas terlambat. Sebagai ketua kelas, dia bahkan menyiapkan semua perlengkapan kelas, mulai dari spidol, penghapus, hingga papan tulis yang harus bersih sebelum guru masuk.
Mirza juga sangat kenal, Jaya orangnya bersih dan selalu berpenampilan rapi. Model rambut yang selalu cepak, seolah agar terhindar dari tiupan angin yang bisa saja mengacak-acak rambut. Tapi kali ini, Jaya masuk kantin dengan ujung kemeja yang keluar dari celana, juga dengan dua kancing atas yang dibiarkan menelanjangi dadanya.
Sebenarnya hingga hal-hal terkecil tentang Jaya pun, Mirza tahu semua. Tentang bibir tak tebal Jaya yang selalu mengukir senyum manis untuk semua orang, kecuali untuk Mirza. Juga tentang tutur kata Jaya yang selalu sopan.
Ketika Mirza meneguk teh es-nya, sambil melirik ke arah Mirza, barulah dia terjaga, selama ini dia selalu mengusili Yani, pacar Jaya. Mirza mengatur napas setelah menyadari hal itu, tapi bukan berarti takut. Tubuh atletisnya tak hanya terbentuk di fitness centre, tapi juga di perguruan bela diri karate yang digelutinya. Jadi sangatlah mustahil untuk takut pada Jaya.

Entah apa maksudnya, Mirza malah mengedipkan mata ke arah teman geng-nya yang lain, sebagai isyarat agar mereka meninggalkan kantin. Dan kini tinggallah mereka berdua, pemilik kantin pun sibuk mengurus dapur, setelah kebanjiran pelanggan di jam istirahat barusan.
“Apa maksud kamu mengusili dan mengerjai Yani terus-terusan?” Jaya berucap tanpa mengalihkan tatapan ke arah Mirza di meja sebelah, karena dia yakin Mirza sedang memperhatikannya.
“Atau perlu kuberi tahu dengan caraku sendiri bahwa Yani itu pacarku. Dan sebagai cowoknya, tentu aku sangat merasa tersinggung jika ada yang macam-macam ke dia.”
Kali ini Jaya sudah berbalik untuk mengarahkan tatapan ke arah Mirza, dan Mirza telah melangkah ke mejanya. Di bangku tepat depannya.
Untuk yang pertama kalinya, Jaya tak menangkap sinyal antagonis pada sikap dan tatapan Mirza.
“Aku menganggu Yani, karena kutahu dia pacar kamu. Ini yang aku inginkan, kamu datang padaku, bicara baik-baik dan mengutarakan apa maumu.”
“Mauku? Jangan ganggu Yani lagi!”
“Dengan satu syarat…”
“Yani siapamu hingga kamu memberiku syarat untuk menjaganya?”
Jaya menggeser bakso pesanannya dari hadapannya, yang memang belum pernah disentuhnya. Dia ingin, antara dia dan Mirza, tak ada yang menghalanginya, kecuali terpisah oleh meja persegi yang mereka hadapi.
“Jadi kamu nggak mau mendengar syaratku?”
Jaya terdiam, emosi yang mengendap di kawah hatinya, sudah naik ke ubun-ubun. Sedikit Mirza salah bicara, atau bertingkah salah di depannya, emosi itu akan mengeluarkan lava.
“Aku ingin kamu bergabung denganku…”
“Maksudmu, menjadi pengacau sekolah, tukang onar? Mirza, sadar nggak sih? Selain kamu, nggak ada yang bangga atas sikap kasarmu itu. Lagi pula, apa yang kamu cari? Kekurangajaranmu malah membuat orang nggak ada yang mau berteman dengan kamu.”
“Kamu mau apa nggak bergabung denganku?!” kata Mirza lebih keras.
“Nggak!” Jaya lebih keras lagi.
Sebenarnya Jaya menunggu reaksi keras lagi kasar dari Mirza dengan jawabannya. Tapi ini lain, Mirza membisu. Menatapnya tenang seperti laut tanpa ombak. Akhir dari tatapan itu, dia tersenyum. Senyum yang tak bisa Jaya mengerti.

“Kamu orang yang pertama menolak ajakanku untuk berteman.”
“Bukan cuma aku, semua orang di sekolah ini sesungguhnya akan menjadi teman kamu jika kamu nggak kurang ajar seperti yang selama ini kamu sikapkan.”
Menurut Jaya, kalimat yang baru saja diucapkannya sangatlah sederhana. Tapi siapa sangka, hati keras Mirza tiba-tiba luluh, mencair. Bahkan, tanpa segan, tanpa takut harga dirinya jatuh, dia meraih tangan Jaya dan menggenggamnya.
“Maafkan aku, aku ingin jadi temanmu!” ucapnya dengan tatapan yang masih saja menguasai seluruh wajah Jaya.
Jaya mengangguk. Perlahan dia lepaskan tangannya dari genggaman Mirza. Dia membalas senyum Mirza, lalu melangkah pergi.
“Kita temanan, kan?”
Langkah Jaya terhenti. Tanpa berbalik dia mengangguk. Lagi-lagi langkahnya tak bisa dia lanjutkan saat Mirza meraih pergelangannya dan memasangkan dua kancing baju Jaya yang terlepas. Jaya mengikut, saat Mirza dengan tenangnya, tanpa dosa. merangkul bahu Jaya melangkah keluar kantin.
Semua terperangah, ketika Mirza masuk kelas dengan tangannya yang masih di bahu Jaya. Ini adalah pemandangan terindah, seperti pertemuan siang dan malam, di suatu waktu yang disebut senja. Mirza adalah siang dengan panasnya yang menyengat, dan Jaya adalah malam dengan dinginnya yang menyelimut. Keduanya tiba-tiba saling membutuhkan.
***
Tiba di rumah, Mirza langsung masuk kamar. Melepas giwang di tindikan telinga dan hidungnya. Dia menatap wajahnya di cermin. Dia sangat benci pada matanya, pada bibirnya, pada kulit putih bersihnya.
Praaak! Semua body lotion, lotion pemutih, pembersih wajah anti acne, deodoran, bedak cowok, hingga celak dan pelembab bibir, dihimpunnya dengan kasar lalu dilemparkannya ke cermin yang tengah ditatapnya.
Baju karate dengan sabuk hitamnya, beserta piala-piala penghargannya, hingga barbel dengan segala ukuran, dan semua peralatan fitness, dia lemparkan keluar hingga memecahkan kaca jendela.

Dia benci pada dirinya, sangat benci. Selama ini kesibukannya di tempat fitness, kepiawaiannya di olahraga bela diri, hanyalah untuk menyembunyikan siapa dirinya yang sebenarnya. Beralasan menganggap semua cewek pungguk di matanya, padahal hatinya memang tak pernah tersentuh oleh tatapan cewek mana pun. Bergaya ala cowok dengan telinga dan hidung ditindik, sampai bersikap kasar dan kurang ajar, semua agar dia menjadi lelaki yang sesungguhnya. Tapi sungguh, sungguh tak bisa dia mengingkari hatinya yang kagum pada Jaya, telah setara dengan perasaan cinta.
“Mirza banci!” teriak hatinya sekeras mungkin saat dia semakin ingin terus ada di dekat Jaya.
Dia tahu, itu adalah hal yang sangat mustahil bahkan sangat memalukan jika Jaya atau ada orang lain tahu perasaannya. Dia tak ingin cinta seperti itu, tapi itulah yang selalu datang bertamu di hatinya.
Dia menangis sendiri. Sementara Jaya yang dirindukannya tertawa geli, bahkan terbahak-bahak.
“Kurasakan ada yang lain pada Mirza saat dia menggenggam tanganku, menggadeng bahuku,” ceritanya pada Yani.
“Maksudmu?”
“Mirza itu buncis.”
“Buncis?”
“Kamu kenal buncis, kan? Nama latinnya phaseolus vulgaris, sejenis kacang-kacangan, tapi nggak ada orang yang menyebutnya kacang buncis. Beda dengan kacang kedelai, kacang merah, kacang panjang…”
Yani masih mengerutkan kening.
“Mirza itu cowok, tapi nggak pantas disebut cowok. Karena dia banci! Sikap kasarnya, tubuh atletisnya, hingga kebiasaannya bercerita vulgar, hanyalah untuk menipu semua orang buat menunjukkan bahwa dia cowok sejati. Padahal, cowok nggak harus identik dengan semua itu. Cowok juga punya hati, tapi bukan hati yang suka sejenis seperti Mirza.” Jaya terbahak-bahak lagi.
Yani tetap terdiam. Yani bahkan kasihan membayangkan konflik batin yang menyiksa Mirza. Yani tahu, itu bukan inginnya, melainkan sebuah cerita takdir, yang jika dia ingin mengubahnya, masih akan ada kesempatan menemukan happy ending.
Air mata pertama Mirza, akhirnya jatuh pada November. Inilah yang pertama kalinya dia menangisi ketidaksempurnaannya, setelah terserang gersang yang hampir saja meretakkan bumi hatinya, karena selalu dipaksakannya untuk menjadi sosok yang bukan dirinya.






S.G.M

Spider





KLIK-KLIK & GESER MOUSE SUKA-SUKA LOE!

Piaraan Si DO'I


KLIK-KLIK & DRAG-DRAG SUKA-SUKA LOE!

Ajak MaiN si Fraz70nY37 yuk!


KLIK-KLIK & DRAG-DRAG SUKA-SUKA LOE!

Ngedate I

Guys...Do'i Libur hari ini dan rencananya dia mau main ke tempat gue,kira-kira apa ya yang harus gue siapin buat dia..??? akhhh...bingung juga..!!!,mau nyiapin makan, kan lagi puasa..??? terus apa donk..???

Pagi-pagi gue udah mandi, udah wangi terus gue beresin kamar pokoknya udah rapih deh tinggal nungguin dia.

Sun,14 Augst 2011 08:00 WIB
Do'i datang dengan senyuman manis dibibirnya :) lalu dia duduk sejenak mungkin kecapean habis jalan dari halte ke tempat gue."aa,hari ini kita mau kemana nih...???" tanya dia "terserah kamu aja ay!!" jawab gue!keliatannya do'i gak puas dengan jawaban gue keliatan dari mukanya langsung cemberut Bete gitu..lalu gue ajak shoping deh baru tuh muka yang bete mendadak Sumringah en keliahatannya do'i seneng tuh...

Sun,14 Augst 2011 08:30 WIB
"a, sebelum jalan ke mall mau gak anterin neng ke taman tempat pertama kali aa bawa neng sebelum jadian!!" pintanya "kok tumben..,emang kenapa tiba-tiba ngajak ke tempat itu..?" "neng kangen a,pengen lewat bentar,,,aja ya? mau ya a...???" rengeknya "iya sayang, jangankan lewat, kalo kamu pengen lama juga aa temenin kok!!" "nggak kok a sebentar aja kan mau jalan ke mall?? hehehe..." "okelah kalo begitu..." jawab gue!

Sun,14 Augst 2011 08:45 WIB
"wahh...ternyata gak ada yang berubah ya a dari dulu...???" kenang dia "iya ay, masih seperti yang dulu..!" "gimana.mau duduk dulu atau langsung balik lagi...???"tawar gue,"Pulang aja a,neng kan cuma pengen lewat aja!" kita pun pulang ke tempat gue.

Sun,14 Augst 2011 09:00 WIB
Setelah sampai di tempat gue,do'i n gue langsung capcus meluncur ke mall buat lihat-lihat baju,buku,dan lainnya.gila penuh banget maklum sekarang kan hari minggu pastinya banyak orang yang belanja.

Sun,14 Augst 2011 13:00 WIB
Huh...gak terasa waktu udah jam 13:00WIB lagi,4 jam kita muter-muter mall capek banget mana hari ini lagi puasa terus hawanya puuuuaaaannnaaaaassssss...banget!!! bawaannya haus hihihihii....!!! abis nyampe ke kostan kita ngitungin apa saja yang kita beli hari ini dan ternyata wow..kita boros banget hari ini!!! itu pun belum termasuk dinner (buka Puasa).

Sun,14 Augst 2011 14:30 WIB
Tidak lama kita kembali pergi ke mall untuk mengambil barang yang kita pesan sebelumnya karena tadi harus nunggu sekitar 3 Jam daripada harus nunggu di mall, jadi kita tadi putuskan untuk nunggu dikostsan gue aja!

Sun,14 Augst 2011 14:45 WIB
Sip..barang yang kita tunggu akhirnya udah ada terus selanjutnya kita pergi ke tempat potong rambut langganan gue ternyata pas udah nyampe di sana tempatnya penuh harus nunggu 5 orang dulu baru habis itu gue!yah...lama juga takutnya nanti keburu buka jadi gue Cancel deh ... pulang dengan bibir manyun deh...hohohohoo....

Sun,14 Augst 2011 15:35 WIB
Pas di perjalanan mau pulang tiba-tiba si Ijo (Mio Hijau) motor gue mesinnya mati pas lampu merah lagi dan parahnya lagi tempat gue tuh udah deket dari situ tapi sayang motor gue mati sebelum tempat tujuan!!! tambah manyun deh neh bibir huhuhuhuu....gue bingung mau ngapain? mau nyari pom bensin,kejauhan gue SMS aja temen gue dengan harapan dia mau berbagi bensin motornya buat gue!

Sun,14 Augst 2011 16:05 WIB
Akh...ternyata temen gue gak bisa bantu,karena motornya lagi di pake orang lain! ya udah akhirnya gue goyang-goyang aja tuh motor dengan harapan ada sisa-sisa bensin yang masih tersisa dan Alhamdulillah mau hidup juga tuh motor...gak lama gue nemu yang jualan bensin eceran,sebenernya gue ogah beli bensin eceran tapi keadaan darurat mau di pake berangkat kerja esoknya, akhirnya gue beli juga 1 liter lumayan buat ganjel besok sampe Pom Bensin hehehee...

Sun,14 Augst 2011 17:55 WIB
Allohuakbar...Allohuakbar....Alhamdulillah suara adzan udah berkumandang itu tandanya kita saatnya buka puasa,Kita udah nyiapin sirup sama makanan kecil yang kita beli tadi siang tapi ada masalah saat kita mau makan mie gelas,aku minta tolong do'i buat ambilin air panas dari disfenser tapi si do'i ngelamain terus gue tegur lagi dengan nada agak tinggi "ay, mana air panasnya ikh..???lapar nih..!!" si do'i turun ngambil air panasnya tapi pas saat dia balik bawa air panas dia langsung manyun dan marah-marah! "a,neng tuh gak suka di bentak-bentak!!" "lagian kamu sih yang mulai!" jawab gue "ya tapi ga harus ngebentak kan a??!! neng males kalo udah diperlakukan kayak gini!!!" potongnya!

Suasana makin panas aja,gue milih diem aja deh biar gak tambah makin panas lagi!akhirnya dari pada bete gue makan aja mie gelasnya punya gue udah abis tinggal punya dia dari pada nganggur gue sikat aja mie gelasnya! "ehhh...mie gelas punya neng jangan di makan!!!" katanya, "kalo mau ngambek,ngambek aja dulu sampe kenyang jangan makan mie gelas dulu!" jawab gue! "eh..tapi itu mie gelas punya neng!! dongdong ikh!!!" tambahnya lagi.ya ujungnya malah becanda dari yang tadinya yang lagi berantem malah ketawa-ketawa dan itu satu hal yang bikin kita selalu kuat ngejalanin hubungan ini, yaitu selalu ada canda di sela pertengkaran kita!!!tapi kita tetep aja diem-dieman sampai Adzan Isya berkumandang...hhmmmm...

Sun,14 Augst 2011 18:05 WIB
"Neng,maafin aa ya kalo aa udah kasar sama neng!" pintaku dengan muka melas "iya aa neng juga minta maaf,asal aa tau ya neng bisa lebih kasar,bisa lebih marah dari aa!!!" jawabnya! dalam hati gue bilang "gila .. pacar gue galak sadis amat hihihihi...tapi gak apa-apa yang penting kita udah baikkan! terus kita sama-sama berangkat ke mesjid buat sholat tarawih..."

Sun,14 Augst 2011 20:35 WIB
kita udah selesai Sholat tarawih dan sekarang waktunya cari makan malam karena tadi sebelum tarawih kita gak sempet makan gara-gara berantem! "Yank, kita mau makan apa sekarang nih...??" tanya gue. "aa, neng pengen bebek Goreng...!!!!" pintanya, "ya udah ayo kita kemon!!!" kata gue. kita jalan ke tempat bebek goreng langganan kita tapi sayang bebeknya udah abis dan si do'i masih penasaran sama bebek gorengnya akhirnya kita muter-muter deh nyari tempat bebek goreng lain.

Sun,14 Augst 2011 21:35 WIB
jam udah nunjukkin setengah sepuluh malam udah saatnya do'i kembali ke habitatnya and gue anterin do'i ke alamnya (hahaha..loe pikir do'i gue mahkluk halus!!!?) emang sih do'i kan cewek yang lemah lembut jadi halus hehehee....gak nyambung kaleeee.....!!!!!

Sun,14 Augst 2011 22:15 WIB
Huh...tugas gue udah selesai Do'i udah gue anterin ke rumahnya! capek banget hari ini tapi gue seneng banget bisa jalan sama dia ...udah akh gue ngantuk gue tidur dulu ya... see u tomorrow...

The love one hundred days(Love Story)

Today at 11:56am

Arie dan Cindy sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun,hanya memandang langit, sementara sahabat-sahabat mereka sedang asik bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.

Cindy: "Duh bosen banget! Aku harap aku juga punya pacar yang bisa berbagi waktu denganku."

Arie: "Kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo. cuma kita berdua saja yang tidak punya pasangan sekarang."
(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)

Cindy: "Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita adakan permainan yuk?"
Arie: "Eh? permainan apaan?"

Cindy: "Eng... gampang sih permainannya. Kamu jadi pacarku dan aku jadi
pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. gimana menurutmu?"

Arie: "Baiklah.... lagian aku juga gada rencana apa-apa untuk beberapa bulan
ke depan."

Cindy: "Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya... semangat dong! hari ini akan
jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?"

Arie: "Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak salah film The Troy lagi maen
deh. katanya film itu bagus"

Cindy: "OK dech.... Yuk kita pergi sekarang. tar pulang nonton kita ke
karaoke ya...
ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru."

Arie : "Boleh juga..."
(mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan Arie mengantarkan Cindy pulang
malam harinya)

Hari ke 2:
Arie dan Cindy menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe,
suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa hati
mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang Arie membeli sebuah
kalung perak berliontin bintang untuk Cindy.

Hari ke 3:
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang sahabat
Arie.
Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka memutuskan membeli
sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat duduk di
foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai
berpegangan tangan untuk pertama kalinya.

Hari ke 7:
Bermain bowling dengan teman-teman Arie. Tangan Cindy terasa sakit karena
tidak pernah bermain bowling sebelumnya. Arie memijit-mijit tangan Cindy
dengan lembut.

Hari ke 25:
Arie mengajak Cindy makan malam di Ancol Bay . Bulan sudah menampakan diri,
langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka
duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan
suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Cindy memandang langit, dan
melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.

Hari ke 41:
Arie berulang tahun. Cindy membuatkan kue ulang tahun untuk Arie. Bukan
kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul dalam
hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. Arie terharu
menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang
tahunnya.

Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan
mengunjungi stand permainan. Arie menghadiahkan sebuah boneka teddy bear
untuk Cindy, dan Cindy membelikan sebuah pulpen untuk Arie.

Hari ke 72:
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negeri China.. Cindy
penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya
mengatakan "Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang", kemudian peramal itu
meneteskan air mata.

Hari ke 84:
Arie mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi
karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan
berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan, merasakan lembutnya
pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka. Matahari terbenam, dan
mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.

Hari ke 99:
Arie memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana.
Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota.


15:20 pm
Cindy: "Aku haus.. Istirahat dulu yuk sebentar."
Arie: "Tunggu disini, aku beli minuman dulu. Aku mau teh botol saja. Kamu
mau minum apa?"
Cindy: "Aku saja yang beli. kamu kan capek sudah menyetir keliling kota hari
ini. Sebentar ya"
Arie mengangguk. kakinya memang pegal sekali karena dimana-mana Jakarta
selalu macet.



15:30 pm
Arie sudah menunggu selama 10 menit and Cindy belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah
panik.
Arie : "Ada apa pak?"
Orang asing: "Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu
adalah temanmu"
Arie segera berlari bersama dengan orang asing itu.
Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang,tergeletak
tubuh Cindy bersimbah darah, masih memegang botol minumannya.
Arie segera melarikan mobilnya membawa Cindy ke rumah sakit terdekat.
Arie duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit.
Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.


23:53 pm
Dokter: "Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Dia masih
bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera menjemput. Kami menemukan
surat ini dalam kantung bajunya."
Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Arie dan dia
segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Cindy. Wajahnya pucat tetapi
terlihat damai.
Arie duduk disamping pembaringan Cindy dan menggenggam tangan Cindy dengan
erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Arie merasakan torehan luka yang sangat
dalam di hatinya.
Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya.
Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Cindy untuknya.


Dear Arie...
ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.
Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu.
Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa ditebak,
tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku.
Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam hidupku.
Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi
sebelumnya.
Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang
hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang jatuh
malam itu di pantai,
Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku. Aku ingin menjadi
kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada disisiku seumur
hidupku. Arie, aku sangat sayang padamu.

23:58
Arie: "Cindy, apakah kau tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati saat
meniup lilin ulang tahunku?
Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya..
Cindy, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang kita lalui baru berjumlah 99
hari!
Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama!
Aku juga sayang padamu, Cindy. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku
kesepian!
Cindy, Aku sayang kamu...!"

Jam dinding berdentang 12 kali.... jantung Cindy berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100...

NB:
Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.
Pacarmu? temanmu? smua org yang kamu sayang..
Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan pernah kembali lagi.



The end...

Copyright © 1996 Fresh OrangeTemplate Modification by : ARIE SANJAYA{}

NIKMATILAH ARTIKEL DIBLOG INI SESEGAR BUAH JERUK!