Karakteristik Biker Kita

Hmmmm....yang namanya Jakarta sangat identik dengan yang namanya Mencret ups...salah,Macet maksudku, hal yang satu ini so pasti terjadi dimana-mana, Seperti halnya yang aku alami setiap aku pulang kerja dari kantor.Padahal jarak kantor ke kostsan aku deket paling hanya 15 menitan lah bisa nego itu juga(emang lu pikir jual-beli pake nego??? hehehee...) tapi yaitu, macetnya itu yang bikin pulang kantor sampai kostsan setengah jam bahkan lebih!

"Tempatku Melihat dibalik awan...aku melihat dibalik hujan..Tempatku terdiam tempat bertahan..aku terdiam dibalik hujan..." alunan suara vokal khas Ariel Peterpan dari BB onyx II menemani perjalananku yang harusnya tak sejauh ini dan cukup menghibur ditengah kepenatan & keramaian jalan ini.

Cukup lama sudah aku terjebak di 'lautan BAN',aku hanya bisa berjalan sedikit² karena saking padatnya kendaraan dari setiap sudut,dan aku perhatikan ternyata biker (pengendara motor) kita punya beberapa karakteristik yang bisa dikaitkan dengan beberapa sifat manusia.

Dibawah ini ada beberapa Contoh karakteristik Biker kita menurut apa yang aku lihat dan aku alami selama 'nge-BAN' di Ibu kota ;

1.GIGIH
Meskipun jalan disana-sini penuh, biker tetap saja dengan gigihnya mencari celah untuk tetap jalan walaupun terkadang mereka (Biker) terjepit diantara dua mobil.

2.PANTANG MENYERAH
Walaupun mereka (Biker) dalam kondisi terjepit diantara dua mobil,mereka tidak pantang menyerah kadang ada yang turun dan mengetuk pintu salah satu mobil yang dianggap menghalangi jalannya sambil berkata : "maaf bos, tolong bisa majuan/munduran dikit gak mobilnya????oke Bos makasih ya Bos ..." sambil berlalu.

3.SERAKAH
Gimana nggak coba? trotoar saja buat orang lewat disikat juga sama Biker, selain itu para biker juga suka Ada yang nyerobot Jalur Busway tuh..,lucunya,Pas enak²nya jalan dijalur Busway,tiba² mereka melihat didepan ada aparat yang lagi tugas karena takut kena tilang,Mereka langsung rame² pada ke pinggir. Saking Terburu-buru & Panik,sampe² ada biker yang nyangkut di batas jalur Busway! (hahahaa...rasain tuh emang enak??!!) Dan yang paling Gokil kadang mereka masuk ke Pom bensin tapi bukan buat beli bensin, melainkan Cuma numpang lewat doank! wah..wah..wah..Parah tuh (Gue juga kadang suka kayak gitu sih..hik..hik..ik..).

4.EGOIS
Giliran mobil mau lewat atau pas keluar dari gedung, para biker dengan WATADOS(WAjah TAnpa DOSa) acuh saja sambil jalan terus alias gak ngasih jalan buat lewat! Padahal kan Mobil juga mau Lewat(Pulang Kerja).Tapi giliran Mobil yang ngehalangin Motor aja,suka diketuk & diminta buat Mudur/maju dikit! "Lu pikir ini Jalanan Punya Nenek Moyang Lu!!"
Kadang Kata² itu terlontar dari seorang Supir dan Lucunya,biker ada yang iseng Balas ngatain "Nenek Moyang Gue Pelaut Mas..." hahahaaaa...


Nah..,itu beberapa hal yang pernah aku lihat & aku perhatikan ketika aku lagi terjebak macet dijalanan.Nanti kalau ada lagi tak tambahin deh...

Tentang Aku (Bag.2)

Hari demi hari telah telewati, bulan berganti tahun tanpa terasa aku beranjak dewasa. Banyak yang berubah dalam diri ini.Dalam hal bertutur kata, perilaku dan sikap juga dalam cara berfikir.tapi hanya satu yang tak pernah berubah dari 13 tahun yang lalu hingga saat ini, yaitu ketidakpercayaanku akan keadaan keluargaku yang mungkin tak'kan pernah bisa bersatu kembali,Dan akan selalu menjadi mimpi dan harapan kosong bagiku.
Sekarang ayahku sudah membina dan memiliki keluarga baru, hidup bersama istri dan kedua Jagoan²nya dan sepertinya ayahku bahagia dengan keluarga barunya.Lalu, bagaimana dengan sang Bunda?
Ibu sempat menikah lagi dan dikaruniai 1 anak perempuan yang dia dambakkan swaktu masih bersama ayah tapi sayang belum sempat terwujud karena mereka terlanjur sudah bercerai.Dan impian ibuku terwujud setelah dia menikah lagi dengan seseorang yang harusnya ku anggap ayah (TIRI) tapi aku lebih nyaman menganggap DIA MUSUH!!! Dan aku rasa itu lebih PANTAS Untuk DIA!!!
Aku sangat Membenci laki² itu, karena dia meninggalkan ibuku disaat mengandung Anak darinya dan tidak pernah membantu beban hidup yang ditanggung ibuku dan anaknya!Anak mana yang tidak akan luka & sakit hatinya jika sang ibu diperlakukan seperti itu???.
Kini Ibuku hanya tinggal berdua dirumah bersama anaknya.tak ada yang memberi nafkah dan aku..????, aku hanyalah anak yang tak berguna buat ibuku!! Aku belum mampu meringankan beban ibuku! Meskipun kini aku tengah bekerja tapi penghasilanku tak cukup membantu beban hidup yang ibu tanggung,Untuk biaya hidup sendiri di ibu kota saja aku masih pas²an...Maafkan Aku Ibu,, aku belum bisa menjadi anak yang bisa engkau banggakan dan engkau harapkan....!!
aku malu padamu wahai Malaikatku yang sudah menjagaku sejak aku lahir. aku belum mampu membahagiakanmu dan menjadi peri penjaga taman mimpimu ...Maafkan aku jika dosaku terlalu banyak padamu dan betapa tidak tau dirinya aku yang terlalu berharap apa yang ada di telapak kaki sucimu...

Jomblo Is Jomblo

Sial mimpi indah malah dibangunin, seperti biasa di pagi ini Gue bangun pukul 08.00 wita man!. Sesampainya di sekolah seperti biasa lagi, Gue harus menyiapkan 1001 alasan agar bisa menembus benteng pertahanan pak satpam yang supeerr gualaak, bukan rahasia lagi galaknya ngak ketulungan. Selain itu, Gue harus bisa menembus pos pertahanan selanjutnya yang dihuni guru tak berperasaan, ibu Dewi namanya. Setelah sampai digerbang sekolah akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, satpam berkumis tebal bertampang sangar itu muncul. “Alasan apa lagi hari ini son?”. Kata satpam itu padaku, lebih gawatnya lagi sepertinya ia sudah hafal semua alasanku. “Pasti semalam ia ngak dikasih jatah makan ama istrinya, sampai mukanya merah gitu”. Gumamku dalam hati. Ternyata dugaanku benar, akhirnya Gue jadi bahan pelampiasan satpam gila itu. Gue disuruh jalan jongkok lima belas kali keliling lapangan. “Gilaaaaa…!!!”. Kataku dalam hati. Sehabis menerima sarapan pagi dari pak satpam didepan tadi, akhinrya Gue tiba didepan kelas. Pintu lalu kuketuk. “silahkan masuk…”. Suara terdengar dari dalam, dengan mantap kulangkahkan kaki masuk. “Pagi bu…” sapaku pada bu guru Risma. “pagi yah…?, sekarang jam berapa anak-anak?” tanya bu Risma kepada seluruh siswa dikelas. “pukul 10.00 bu guru…” jawab anak-anak serentak. “mampuss deh gue…!!!” kataku dalam hati sambil garuk-garuk kepala. Ketika bu Risma mulai akan menghukumku, tiba-tiba dewa penyelamat datang dengan membawa bidadari cantik disampingnya, itulah dia kepala sekolah yang datang bersama siswa pindahan dari majalengka. “Permisi sebentar bu…, ada murid pindahan yang akan menempati kelas ini” kata pak kepala sekolah kepada bu Risma. “silahkan masuk pak, Son cepat duduk sana…” kata bu Risma. “Selamat-selamat, ngak kena jurus deh gue” gumamku dalam hati. Setelah siswi itu menghadap bu guru Risma, akhirnya bu Risma menyuruhnya duduk disamping bangkuku, habis Cuma bangkuku yang kosong sebelahnya. Kalian pasti bertanya-tanya kok Bangku itu kosong?, mau tahu…??? Beneran mau tahu…???. Gini orang yang pernah duduk disampingku pindah sekolah abizz ngak tahan terus ku gangguin, soalnya gue ini raja jail. Beberapa lama kudekati ternyata anaknya asyik juga ditemani ngobrol, lalu Gue bertanya. “Apa neng udah tahu siapa namaku?” kataku padanya siswi baru itu. “ya…tentu” jawabnya padaku. “ya…tentu apa?” Tanyaku kembali padanya. “ya…tentu belumlah, emangnya nama kamu siapa?” jawab siswi baru itu. “perkenalkan namaku Sudarsono, panggil saja Gue Seno” tuturku padanya. “kok bisa dipanggil Seno?” responnya. “Ya… emang dari sononya neng, kalau neng nama lengkapnya siapa?” balasku. “Namaku Lydia megawati, panggil aja Gue Lydia atau Mega” jawabnya polos. “kalau begitu, hai…neng Lydia” responku. Lama kelamaan kami makin akrab, malahan Gue makin suka ama neng Lydia, padahal pada waktu kelas 1 Sma Gue ini paling anti dengan perempuan. Berapa lama kemudian dia mengundang kepesta ulang tahunnya yang ke 17, Gue jadi salah tingkah, habis warna undangannya berbentuk hati. Pertamanya kupikir Cuma Gue yang diundang buat mesra-mesraan berdua, tapi sialan ia ngundang seisi sekolah. Rencananya Gue mau bersaing ama kedua temanku Zaenal dan Ichwan buat ngedapetin hati neng Lydia. Sebelum kepesta Gue pinjam setelan jas ama dasi pamanku, karena Gue kira ini acara resmi, eh…ternyata acara anak muda abizzz. Gue jadi pusat perhatian dianak itu sampai malu setengah mati. Akhirnya Gue bertemu juga dengan Neng Lydia, dia cantik sekali malam itu, tapi Syamzani adiknya Neng Lydia ngak kalah cantik kok. Seluruh tamu undangan terpesona ya…termasuk Guelah. Zaenal dan Ichwan tampil abis-abisan, Gue ngak mau kalah, Gue naik kepanggung terus nyanyi, lagunya Bintang Disurga dari peterpan. Semua orang nyorakin gue, tapi gue bela-belain deh buat Neng Lydia. Puncak acara Neng Lydia Niup lilin dan memotong kuenya. Potongan pertamanya dikasih ke…..,ke…….., penasaran yah..?. “sial bukan buat gue, tapi buat cowok yang namanya Ardan” kataku dalam hati. Eh….ternyata si Ardan ini cowok tunangannya Neng Lydia. Gue jadi putus harapan deh…. Akhir acara gue naik lagi terus nyanyiin lagunya Musnah dari Andra & The Backbone. Esok paginya Gue datang kesekolah, sesampainya disekolah orang yang paling pertama terkejut adalah pak satpam, Gue pun bingung @#$%^&*?. Masuk di aula sekolah seluruh mata tertuju padaku (bukannya gue Cover Boy). Ternyata ada dua hal yang membuat mereka terkejut, pertama karena Gue datang pukul 06.30 tepat, hal yang kedua seisi sekolah udah tahu kalau gue lagi sakit hati gara-gara tragedi semalam, tambah sakit hati deh….JOMBLO LAGI DEH GUE…!!!




__SNO__

Anak Mencoret Mobil Ayahnya

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan mobil1.jpg, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja motor.jpgkarena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

What a Shocking Surprice

Apa ini? kenapa saat ia menatapku aku selalu tak mampu membalas tatapan matanya? apa aku sakit? atau ia memiliki semacam kekuatan super yang dapat melumpuhkan mataku? ah tidak tidak. Risa bilang, ini bukan hal yang kuduga itu. Namanya Reza. astaga. hanya mendengar namanya saja sudah membuatku salah tingkah. aku bingung. tak mengerti. dan aku harus tau jawabannya."Fifi. Lo masih naksir Reza?" tanya Risa saat kami makan di kantin kelas 9 SMP Harapan Jogjakarta. Risa adalah sahabatku. my best of the bestfriend ever yang notabene adek sepupu Reza."emang, gue naksir ya Sa?" tanyaku polos sambil melahap bakso."Fifiii fifi... sepolos-polosnya anak SMP, mereka semua juga tau dan pernah ngerasain yang namanya in love sama lawan jenis. gue heran deh, kok lo bisa ya nggak ngerti sama sekali tentang beginian?" tanya Risa."Beginian apa?""Cinta Fi!!""Ohh... gue selalu nganggep cinta itu urusan orang dewasa. dan kita masih terlalu kecil untuk itu. dan lagi, menurut gue, cinta itu yuck!""Lo mau jadi JOSE?""siapa itu Jose?"Risa menepuk keningnya. sahabat gue ini butuh privat khusus dari gue. "Fifi, yang namanya remaja, pasti suatu saat bakal ngerasain jatuh cinta. gue yakin suatu saat lo bakalan juga!""kan suatu saat Ris!""sekarang aja lo udah ngerasain. ohya, FYI, Jose itu jomblo sejati"fifi menoleh ke arah Risa. "sekarang?" tanyanya dengan tatapan serius."mm hmm... Reza buktinya."UHUK UHUK "Reza?" tanya Fifi setelah ia tersedak bakso."OhmyGod Fifi... lo tu naksir sama reza!!" seru Risa yang membuat seluruh pengunjung kantin menoleh.muka fifi merah padam bagaikan kepiting rebus. ia sungguh amat sangat malu dengan perkataan Risa yang ia tau, tidak sengaja. tapi ia masih sangat malu. Fifi menundukkan kepala dan membenamkan wajahnya yang masih memerah dalam lipatan tangannya."Eh, Fi... maafin gue. gue tadi keceplosan. maaf banget fi..."Fifi masih menunduk menahan malu."Fi, jangan diambil hati dong. gue minta maaf. gue keceplosan." ujar Risa.-----beberapa hari kemudian"Ris." ucap Reza."Hm?" tanya Risa."Sahabat lo, Fifi..." tutur Reza."kenapa?" tanya Risa lagi."hhh gue bingung gimana bilangnya." tutur reza."lo ilfil sama dia?" tanya Risa."Kenapa harus ilfil?""Soalnya dia kena gosip suka sama lo." tutur Risa."Enggak kok." ucap Reza."Bagus kalo gitu :D" tutur Risa."Ris, dia udah punya cowok?" tanya Reza."Kalo udah punya cowok ngapain dia naksir elo?" tanya Risa sambil melahap ice cream."Loh? itu bukan sekedar gosip?""beuuh... bukan Rez..." ujar Risa.Reza tersenyum. ia lalu berbisik pada Risa,"Ris, lo jangan bilang siapa siapa ya.. ......"kini ganti Risa yang terneyum. "it's gonna be a so amazing surprise."-----"Fi... hhh... hhh... gue... hhh... capek... hhhh... hhh... banget... hhh!!" ujar Risa sambil mengambil botol minumnya. ia duduk selonjoran di pinggir lapangan basket tengah. sementara Fifi masih mendribel bola basket."Yaaah elo Ris. baru segini juga udah capek!" ejek Fifi sambil terus mendribel bola."yeeeh mentang-mentang calon kapten basket cewek baru terus ngeSOK gitu ya sama gue!!" ucap Risa."hehe... wekk! ayo dong Sa temenin gue main!" ucap Fifi."Tunggu bentar laah." tutur Risa.Fifi duduk di samping Risa. ia mengalihkan pandangannya ke sekitar lapangan basket sekolahnya. ia menghirup udara sejuk siang hari ini.di ujung lapangan basket, tampak Reza datang dengan kaos oblong dan celana selutut. ia membawa tas sekolahnya dan mengeluarkan bola basket dari dalamnya."Hoy Ris! habis main?" seru Reza pada Risa."Iyooo Za! capek banget nih." tutur Risa."Udah berapa lama?" tanya Reza."Yaaaah paling enggak cukup membuat gue ngos-ngosan." jawab Risa."Berarti baru bentar dong!" ejek Reza."sial lu!! main sama Fifi sana!!" seru Risa.Fifi melotot menatap sahabatnya itu. "Risa!" serunya pelan."Halo? oh mama? oh oke deh ma. iya iya Risa pulang. byee..." tutur Risa sambil berpura-pura ditelfon Mamanya."Za, gue harus pulang!" ucap Risa. Reza baru saja melakukan under ring langsung menoleh ke arah Risa."Yaudah pulang duluan aja. eh, kalo si Fia main ke rumah lo, suruh dia kerjain dulu PRnya baru boleh main. nyokap-bokap lagi ke surabaya. jadi gue sama Fia sendiri di rumah. mungkin nanti malem sleep over ke rumah lo." jelas Reza panjang lebar."Iya iyaa... tumben lo sayang adek?" tanya Risa."Bukan gitu. gue digantung nyokap nanti kalo ada satu hal di to-do-list yang nggak gue kerjain. dan ngingetin PR Fia termasuk salah satunya.""Iya bosss!!" ucap Risa. well, rumah Risa dan rumah Reza memang bersebelahan. ingat, mereka bersaudara."Sa, gue juga balik deh." ucap Fifi yang sedari tadi dikacangin."Eh, elo katanya masih mau main? itu mumpung ada lawan sebanding!" ucap Risa."Risa..." rengek Fifi."it's your chance dear. now or never." tutur Risa yang langsung meninggalkan Fifi berdua dengan Reza."Hei Rez." ucap Fifi sambil mendribel bolanya."Fi. gue denger gosip tentang lo di kantin beberapa hari yang lalu."Glek... fifi menelan ludahnya. ingin rasanya ia kabur dari situ. pergi meninggalkan Reza. ia sangat malu. sungguh sungguh malu!"Gue denger dari anak-anak. jadi,tadi malem gue nanya Risa dan mastiin gosip itu."Fifi makin menundukkan kepalanya. tak terasa air matanya menetes. ia malu sekali. sungguh-sungguh malu.Reza melangkah mendekati Fifi."Loh kok nangis?" tanya Reza.Fifi bingung. tapi air matanya masih tetap mengalir. ia masih sangat malu. perasaanya campur aduk. antara malu, bingung dan lega karena Reza sudah mengetahui perasaannya."Fi, gue pengen denger dari elo langsung." ucap Reza.Fifi kaget bukan main. ia menatap Reza. "Gue?" tanyanya.Reza mengangguk pelan."Hhhh... gu...gue..."Reza masih menatap Fifi dalam-dalam."I...iya rez... go...gosip itu bener..." ucap Fifi.Reza tersenyum. "naah gitu dong. kan gue nggak galau lagi nih. berarti, cewek yang selama ini gue taksir juga naksir sama gue!" ucap Reza.Fifi terkejut. ia menatap reza dengan mata yang disipitkan."Gue naksir elo Fi. ehhm.... fi, mau nggak jadi cewek gue? eh, bukan gitu harusnya gue nanyanya. fi, boleh nggak aku jadi cowokmu?" tanya Reza mantap.Fifi kaget. benar-benar kaget. ia tak percaya dengan apa yang terjadi."Serius rez?""Iyalah Fi..."fifi tersenyum dan mengangguk. keduanya langsung berpelukan di tengah lapangan basket SMP Harapan itu. tiba-tiba Risa muncul dari pinggir lapangan."YEEESSS SUKSEEEEES!! POKOKNYA GUE HARUS DAPET PEJE!!" serunya.Reza dan Fifi tersenyum melihat kelakuan Risa."GUE LOOHH YANG NYETTING INI SEMUA!! YUUUUUHUUUU BERHASIL BERHASIL BERHASIL YEEE... WE DID IT!!" Risa menyyanyikan lagu Dora The Explorer ini dengan volume yang sangat keras.Fifi geleng-geleng kepala melihat sahabatnya ini. ckckck cerpen ini hanyalah fiktif belaka!



__D.N.R__

Tentang Aku (Bag.1)

Tentang Hidup

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati (sahabat) tak mudah ditemukan.

Saat bertemu penolongmu,
Ingat untuk berterima kasih padanya.
Karena ialah yang membantu mengubah hidupmu

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai,
Tersenyumlah dengan wajar .
Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang cinta

Saat bertemu orang yang pernah kau benci,
Sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, Baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu,
Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu,
Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan

Dan Saat engkau bertemu seseorang yang saat ini menemanimu seumur hidup (suami / istri) kita,
Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.
Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati yang kau cari.

Fungsi Si DOI (Part 1)

Ukh...Udah beberapa hari gak masuk kantor rasanya penat banget terus mengurung diri dikamar yang aromanya udah gak sedap buat di hirup!!!
enam hari yang lalu aku terbaring sakit dikamar gak bisa bangun, Mana kerjaan numpuk lagi, bos minta cepet- cepet selesai lagi..huhuhuuhu...lengkap sudah penderitaanku...
Tapi semua itu ada hikmahnya...si Doi jadinya bisa datang buat nengokin si gue..hihihihikz..
Percaya gak kalo kehadiran si Doi ketika kita lagi sakit bisa membantu kesembuhan kita...???
Gak usah ragu langsung tes aja ya...!!! jadi kamu harus sakit dulu kalo bisa sakitnya yang parah biar tambah dimanja ma si dia! wkwkwkwkwkwkwkwk....terus kamu bilang ma si Dia "sayang...aku sekarang agak mendingan tapi kalau kamu pergi lagi kayaknya aku bakal kumat lagi sakitnya!!!"hahahahaha...Emang Lebbayyyyyyyyyyy seh tapi kan jadinya Dia gak buru-buru pulang n Lumayan lama ditemenin dia.

Chat before and after marriage

Beginilah obrolan pasangan suami istri sebelum mereka menikah :

Pria : "akhirnya! Aku sudah menunggu saat ini tiba!"


Wanita : "apakah kau rela aku pergi?"


Pria : "tentu tidak! Jangan pernah kau berpikir seperti itu!"

Wanita : "apakah kau mencintaiku?"

Pria : "tentu! Selamanya akan tetap begitu."

Wanita :" apakah kau pernah selingkuh?"

Pria : "tidak! Aku tidak akan pernah melakukan hal buruk itu!"

Wanita :" maukah kau mencium ku?"

Pria : "ya.."

Wanita : "oh sayang kuu."


Nah, kalau sudah 10 tahun menikah, obrolannya tinggal dibalik aja bacanya dari bawah ke atas! :D

Realita Putus Cinta

Yang namanya cinta, pasti ada yang namanya pertemuan dan yang namanya perpisahan. Nah, perpisahan ini bisa dikarenakan oleh si pemain cintanya dan ini dinamakan putus cinta.
Di saat kita merasa bahwa hubungan kita sudah tidak ada kecocokannya, pasti saya bisa jamin cepat atau lamabat si cowok minta putus.
Tapi, dalam hal ini para cowok harus hati-hati nih. Banyak orang yang nggak sadar adalah “cowok susah mutusin cewek”.
Jauh berbeda dengan cewek kalau mau mutusin cowoknya.
Mau tau bagaimana kebanyakan orang mutusin cintanya..????, ini dia Percakapannya :

Telepon berbunyi, cowok mengangkat telepon.

Cowok : "Halo..."
Cewek : "Halo...!!!"
Cowok : "Iya? Ini kamu sayang?"
Cewek : "Iya ini aku lah,,, bego!"
( Hening...... )
Cowok : "Koq...kamu gitu sih sayang? Ada apa sih?"
Cewek : "Kayaknya kita udah gak bisa nerusin hubungan ini lagi!"
Cowok : "Lho? Maksudnya?"
Cewek : "Kita putus!!!"
Cowok : "Lho? Kenapa?"
Cewek : "Kita Putus!!!"
Klik. Telepon ditutup Dan si cowok diputuskan dengan mengenaskan. Itulah tadi, bagaimana begitu gampangnya cewek mutusin seorang cowok.
Nah, kalau yang ini ceritanya beda lagi. Dan inilah yang terjadi kalau cowok mau mutusin ceweknya. Kita Baca aja yuk!!.

Telepon berbunyi, si cewek mengangkat telepon.

Cewek : "Halo..."
Cowok : "Halo... ini aku sayang!"
Cewek : "Iya aku tau lah,,, bego!"
( Hening.... )
Cowok : "Sayang... aku mau ngomong sesuatu"
Cewek : "Apaa?"
Cowok : "Kayaknya... kita udah gak cocok deh"
Cewek : "Maksud kamu?"
Cowok : "Kita kayaknya... harus... putus"
Cewek : "Tunggu dulu .... tunggu dulu"
( Hening.... )
Cewek : "Kamu mau putusin aku?"
Cowok : "Iya..."
Cewek : "Kenapa emangnya?"
Cowok : "Abis... kamu marah-marah terus..."
Cewek : "Aku marah emang gara-gara apa?"
Cowok : "Gara-gara... uhh... gara-gara... aku?"
Cewek : "Nah.. jadi siapa yang salah?"
Cowok : "Aku?"
Cewek : "Nah, jadi nggaak putusnya?"
Cowok : "En-enggak deh..."
Cewek : "Kamu harus berubah ya!"
Cowok : "Iya... sayang... "
Klik. Telepon ditutup, Enggak jadi putus.......Nah, bila kita lihat dari contoh di atas, bahwa yang namanya mutusin cewek itu sangat sulit, penuh dengan manipulasi psikologi, penuh pertanyaan, penuh permainan akal yang luar biasa, perlu konsentrasi tinggi. So... kalau kamu udah nggak tahan sama cewek kamu... saya doakan agar berhasil mutusin cewek tersebut, karena memang susah banget deh. Semoga sekarang kalian mengerti bagaimana caranya menghadapi cewek khususnya dalam fase “mutusin”. Ingat do'a kami, cowok-cowok teraniaya lainnya, menyertaimu.


000_J.A_000

Ketika Kabut Berubah Asap Hitam

Setelah aku tersadar dari semua mimpi ku, aku duduk diam di tepi ranjang kamarku. Kedua tangan ku memegang kepalaku dengan wajah yang menunduk ke bawah. Aku hanya mengenakan Celana pendek dan dengan sebuah Singglet berwarna Abu – Abu. Aku masih diam, tak berani mengangkat kepala ku. Kali ini aku harus berani mengangkat kepalaku, kalau aku seperti ini terus aku akan kalah dengan waktu.
Langkah ku memasuki kamar mandi di dalam kamar ku. Disini aku tinggal sendiri di sebuah rumah perstirahatan keluarga ku. Kedua orang tua ku berdomisili di Medan sedangkan aku Di Pematang Siantar. Aku sengaja terpisah dari mereka, karna aku ingin mandiri dan dapat mengenal dunia lebih jauh lagi. Ku biarkan air shower itu mengguyur tubuh ku, aku tersontak saat butir – butiran air yang keluar dari dalam shower itu mengenai tubuh ku. Dingin sekali, di tambah lagi udara yang memang terasa dingin di kota ini. Aku masih diam mencoba menikmati sentuhan air shower itu. Sementara fikiranku melayang ke berbagai masalah yang harus aku selesaikan hari ini.
Dari atas tempat tidur, hanphone ku berdering, ku biarkan. Karna aku masih terasa penat dengan semua masalah ini. Dia terus berdering, hingga menyadarkan aku akan sesuatu hal yang membuat aku harus meninggalkan mandi ku. Ku tarik handuk yang tergantung dan aku langsung mengambil hanphone itu. Panggilan itu terputus dan yang aku terima hanya sebuah pesan singkat dari seseorang yang membuat aku bahagia bila aku dekat dengan dirinya. Dia adalah belahan jiwaku bahkan lebih dari itu. Karna aku sangat mencintai perempuan ku. Setelah menbaca pesan singkat itu aku segera bergegas menyelesaikan mandi ku. Aku langsung menyudahi mandi itu dan mengenakan baju yang rapi serta membawa sebuah tas ransel yang berisikan beberapa baju yang akan aku pakai nanti.
Ya………..hari ini aku akan pergi ke Medan bersama orang yang paling aku cintai. Kami pergi dengan menggunakan kereta api kelas bisnis yang berangkat pukul sebelas nanti. Aku buru buru keluar dari dalam rumah dan memanggil becak untuk segera ke Stasiun Kereta Api. Disana sudah ada orang yang aku sayangi, Dia sudah menunggu ku. Lima belas menit aku dalam perjalan menuju Stasiun, di depan sayang ku sudah menunggu aku dengan senyuman yang amat aku suka dari dirinya. Kulihat disampingnya ada kedua orang tuanya yang akan mengantar kami pergi meninggalkan kota ini untuk sementara waktu.
Aku turun dari atas becak dan aku bayar ongkos becak itu. Aku langsung menyalami kedua orang tua orang yang aku sayangi. Dua tiket sudah berada di tangan dan keberangkatan tinggal sepuluh menit lagi.
“ ini uda saatnya Deo.” Ucap Bapak Fladira. Aku hanya diam dengan mata yang berkaca kaca. Aku tak dapat berkata apa lagi, aku hanya memandangi wajah Bapak ini. “ jelaskan semuanya. Percayakan mereka bahwa ini adalah keputusan yang tak akan pernah di sesali.” Tambah Bapak ini.
“ saya akan berusaha pak. Doain saya……..” ucapku sambil memuluk Bapak Fladira.
“ Ibu titip Fladira nak Deo. Ibu percaya, apapun keputusanya nanti itu akan menjadi yang terbaik untuk kalian berdua.” Ibu ini mensuport diriku yang sudah sedikit bimbang.
Kereta sudah mau berangkat, aku dan Fladira harus segera masuk kedalam kereta kalau kami tidak mau ketinggalan kereta hari ini. Ini uda waktunya kami harus berpisah dari kedua Orang tua Fladira. Aku kembali memegang jemari Bapak Fladira untuk memohon restu atas keberangkatan kami hari ini. Fladira memeluk Ibunya lama sekali. Seperti kita akan terpisah lama. Padahal kami hanya tiga hari berada di Medan. Kami menaiki Kereta Api itu. Aku dan Fladira melambaikan lengan mengucapkan selamat tinggal. Kereta Api mulai jalan perlahan dan meninggalkan Stasiun Pematang siantar. Aku memegang jemari Fladira lembut dan menatap kedua bola matanya.
“ apapun yang terjadi, kita harus tetap sama!” ucapku tegas pada Fladira. Ia tersenyum mendengar ucapan ku. Di rebahkanya kepalanya di pundak kanan ku. Aku memejamkan mata membayangkan sesuatu yang sebentar lagi akan terjadi sama kami. Kereta Api terus berjalan meninggalkan kota ini. Aku masih melamun, kulirik kekaih ku ini, tampaknya ia tengah tertidur. Pohin – pohon ubi dan karet perlahan lahan berjalan mundur melambaikan kepergian kami. Aku menarik nafas panjang untuk sesuatu yang belum terjadi dan akan terjadi.
Ibuku sudah menelphonin aku dan mengirim pesan singkat ke hanphone ku hanya untuk menyakan aku jadi berangkat apa tidak, uda sampai dimana dan sebagainya. Ada satu yang aku rahasiakan dari kedua orang tua ku, bahwa aku tidak mengatakan bahwa aku dating bersama Fladira. Empat jam kami di perjalan menuju ke medan. Pukul tiga kurang lima menit kami sudah sampai di stasiun kereta api terbesar di Medan. Orang – orang pada turun meninggalkan kereta api, ku bangunkan Fladira dengan biskan lembut. Ia terbangun dan aku bilang padanya bahwa kita uda sampai. Kami bersiap siap dan turun meninggalkan terminal.
Setelah keluar dari Stasiun kami berdua menatap Hamparan Lapangan yang luas terbentang di hadapan kami. Apakah harapan ku akan seluas lapangan ini? Entalah, yang kurasa aku takut untuk membayangkanya. Ku panggil becak untuk mengantarkan kami kerumah ku. Dengan sedikit bernegosasi kamipun pulang dengan sebuah becak win. Polusi udara menyambut kami dengan hangat sore itu, setengah jam kemudian kami sampai di depan rumah ku yang sudah lama aku tinggalin. Sebelum turun dari becak aku memegang jemari Fladira dengan perasaan yang cemas dan jantung yang berdebar kencang.
“ ingat, apapun yang terjadi. Aku tetap milik kamu.” Jelasku agar Fladira tak bimbang nantinya. Kamipun turun dari becak. Setelah selesai membayar ongkos kami mulai memasuki pekarangan rumah. Aku liat sebuah mobil Vios Hitam terparkir di depan rumah ku. Aku berdiri di depan pintu sedangkan Fladira berdiri di belakang ku.
“ Assalamualikum…………..” ucapku menyapa. Ibu yang melihat kedatangan ku langsung menghampiri aku dan memeluk ku. Aku tak memeluknya karna aku langsung bersimpuh di kedua kakinya sambil menangis. Aku bersimpuh penuh air mata. Fladira menundukan wajahnya. Ibu mengangkat pundak ku menyuruh aku berdiri . Aku kembali memeluknya.
“ Ibu Kangen sama kamu Deo. Dan sekarang kekangenan ibu itu sudah terbayar.” Ibupun ikut menangis tersedu.
“ siapa yang datang Bu?” Tanya ku lirih masih dengan tangisan air mata.
“ Pak Suryo dan istrinya. Mereka membawa putrinya yang mau Ibu jodohkan sama kamu.” Ucap Ibu sedikit tersenyum. Aku mengerutkan dahiku mendengar perkataan Ibu tadi.
“ Perjodohan bu? Deo gak bisa bu?”
“ kenapa Deo? Kamu gak sayang sama Ibu?”
“ maafkan Deo Bu. Deo sudah punya pilihan sendiri. Deo gak bisa nerima semua ini bu.” Jelas ku. Ibu kembali menatap wajah Fladira. Ibu memandangnya dengan sinis. Wajah ibu menjadi berubah, sepertinya ibu tidak suka dengan kedatangan aku dan Fladira.
“ siapa perempuan berjilbab itu Deo?” Tanya ibu tegas sambil menatap aku. Aku mendekati Fladira dan berdiri di sampinya.
“ ini pilihan Deo bu. Dia Fladira, calon mantu Ibu!” ucapku langsung. Sepertinya ibu shock mendengar ucapan ku.
“ apaan ini Deo. Kamu sudah lancang membawa wanita ini kerumah ibu.’ Ibu menarik nafas panjang.
“ tapi ini pilihan Deo Bu. Ayo Fladira, beri salam pada Ibu ku….” Fladira mengangguk pelan dan mendekati Ibu, tapi ibu malah pergi membiarkan simpuhan Fladira. Ibu masuk kedalam rumah sambil memanggil bapak ku. Aku mengejar ibu ku, ku biarkan Fladira menagis didepan pintu. Aku berdiri diam di depan ruang tamu, disitu kulihat ada Pak Suryo, Bu Yati dan seorang putrinya yang menundukan wajah, serta Ayah ku. Ibuku berdiri di samping Ayah ku dengan nafas yang memburu.
“ kenapa bu?” Tanya Ayah pada Ibu yang sepertinya tampak kesal. “…Deo, kamu sudah sampai. Kenapa gak langsung masuk?!”
“ maafin Deo Yah, deo……..” ucapan ku terhenti saat ibu menyekanya.
“ Ayah tau, dia telah lancang membawa wanita kerumah ini dan dia mengatakan bahwa wanita itu calon menantu Ibu dan Ayah!!!” herdik Ibu. Pak Suryo beserta Istri langsung tersontak mendengar ucapan Ibu ku. Kulirik Putri Pak Suryo juga ikut terkaget. Aku tak ambil pusing dengan mereka, yang penting masalah ini harus cepat selesai. Aku kembali ke pintu masuk dan ku tarik Fladira keruang tengah.
“ ini Ayah. Ini pilihan Deo.” Jelas ku memperkenalkan Fladira.
“ saya rasa, ini urusan kalian, dan kami akan pulang. Kami akan tunggu kabar perjodohan ini sampai nanti malam. Kalau tidak juga ada kabar,lebih baik kita batalkan saja perjodohan ini. Permisi” Ucap bu Yati yang tak lain adalah Istri dari Pak Suryo. Mereka meningglkan rumah ini. Ibu merebahkan tubuhnya di kursi sebelah Ayah dan sekarang giliran Ayah yang berdiri.
“ lihat mata Ayah Deo……….” Pinta Ayah. Aku memandang mata Ayah. “ apa yang membuat kamu membawa gadis itu kemari.”
“ Deo ingin restu Ibu dan Ayah. Deo ingin menikahi Fladira.”
“ restu? Kalian mau menikah?” kaget Ibu
“ apa yang membuat kamu memutuskan hal ini, sedangkan Ayah dan Ibu sudah pernah bilang kalau kami berdua ingin menjodohkan kamu dengan Arindi.”
“ itu juga alasan kenapa Deo lebih memilih tinggal di Siantar ketimbang sama Ayah dan Ibu. Deo gak mau perjodohan itu Yah.”
“ alasan kamu sulit untuk ayah cerna. Atau jangan- jangan dia sudah hamil, makanya kamu terkesan buru buru ingin menikahi gadis itu. Iya Deo?!” ayah memponis Fladira dengan asal. Aku menagis mendengarnya begitu juga Fladira.
“ kenapa Ayah bisa berkata seperti itu?”
“ mungkin sajakan, kamu menolak perjodohan ini dan kamu hamili gadis itu agar perjodohan kamu di batalkan. Iyakan?!”
“ Deo tak seperti yang Ayah fikirkan. Deo tidak pernah melakukan zinah, karna Ayah selalu megajarkan budi pekerti yang baik. Deo cinta sama Fladira Yah. Deo ingin restu dari Ayah dan Ibu.
“ kalau Ayah menyetujui, maka Ibu akan pegi dari rumah ini. Mau di taruh dimana wajah kita di depan Pak Suryo dan Istrinya. Ibu malu Yah..” kecam Ibu.
“ ayah dan ibu gak bisa kayak gini sama aku. Ini jalan cinta aku dan aku yang menjalaninya. Apa ayah dan Ibu mau kalau perjodohan ini terjadi, hidup aku tidak bahagia? Itu akan tambah mencoreng wajah ibu di depan keluarga pak Suryo.” Jelas ku.
“ tapi Ayah tetap tidk bisa memberikan kalian restu Deo. Dan ayah mohon, keluar dari rumah ini, bawa gadis ini kemana kamu mau. Karna restu itu tidak pernah kau dapati dari kami. Sampai kapanpun.” Tegas Ayah. Ayahpun duduk disamping Ibu.
“ apa tidak ada jalan lain lagi yah, selain ayah mengusir Deo?!” aku menangis. Jemari ku memegang jemari Fladira.
“ kamu ingin menikah dengan gadis itu adalah keputusan kamu. Dan ini juga keputusan Ayah dan Ibu.” Ayah kembali mempertegas ucapanya.
“ maafkan Mas Deo bu, pak. Mas Deo gak salah……………mungkin ini uda jalan takdirnya” Fladirapun ikut menangis.
“ tau apa kamu soal takdir? Jangan pernah manggil saya dengan sebutan Ibu dan bapak. Tapi panggil kami nyonya dan tuan.” Marah ibu. Fladira kembali menunduk.
“ Deo mohon Yah, Bu. Izinkan Deo bersama Fladira. Ini pilihan Deo, Deo cinta sama Fladira.”
“ Ibu dan Ayah akan memberikan restu kalau kamu nikahnya dengan Arindi!!!” Ibu mempersulit diriku. Aku bersimpuh di hadapan kedua orang tua ku, Fladira mengikutinya. Aku menangis tersedu sedu, dengan memohon restu dari Ayah Dan Ibu.
“ Deo mohon yah, izinkan Deo bersama Fladira. Deo janji, Deo akan pergi dari rumah ini kalau Ayah dan Ibu memberi Restu itu. Ini bukan zaman Siti Nurbaya, dan aku gak mau menajadi seperti ada di dalam cerita itu.” Aku memohon.
“ ayah ingin kalian pergi dari rumah ini. Ayah gak sudi lihat kalian berdua disini. Pergi……………….” Usir ayah. Fladira mengangkat tanganku, aku bangkit dari simpuhku sambil meneteskan air mata yang tak kunjung usai. Aku mengambil tas itu dn aku perlahan melangkahkan kaki ku pergi dari rumah ini. Aku dan Fladira berdiri di depan pintu di depan kami ada Ayah dan Ibu juga berdiri.
“ maafin Deo yah. Bu. Deo akan terus berjuang utuk mendapat restu Ayah dan Ibu. Karna Deo cinta sama Fladira. Maafin Deo yah………”
“ maafin saya juga nyonya. Tuan. Karna saya kalian harus terpisah dari Deo. Maafan saya.’ Fladira ikut menangis. Kami berduapun meninggalkan pekarangan rumah ku ini. Lima langkah kami berjalan, Sebuah dentingan keras memekakan telinga. Ayah membanting pintu rumah dengan kuat. Maafin Deo Yah. Bu.
Aku Menjegat TAXI untuk mengatarkan kami ke Terminal Agar kami segera kembali ke Siantar. Kami akan pulang dengan Bus karna tidak akan mungkin ada kereta jam enam sore ini. Aku sangat sedih melihat kelakuan Ayah dan Ibu tadi. Aku bukanlah Wayang yang selalu bergerak kalau ada dalangnya.
“ kita gagal Ra, kita gagal dapat restu dari orang tua ku. Aku gak bisa berbuat apa apa lagi. Percuma kalau aku bersikeras, karna itu akan sia sia.’” Pinta maaf ku pada Fladira.
“ aku ngerti. Aku akan jadi Istri yang setia buat kamu nanti. Aku menghargai perjuangan mu. Kita akan sama sama berjuang untuk medapat restu dari orang tua mu. Aku tidak pernah benci pada mereka karna aku sayang sama mereka. Sebagaimana aku sayang sama kamu.” Fladira meyakinkan aku.
“ aku yakin, kita akan dapat restu itu walaupun kita sudah menikah nantinya.” Aku mempercayakan diriku. Taxi terus melaju cepat, aku membatalkan pulang naik Bus. Tapi aku akan pulang dengan Taxi ini. Suara Adzan berkumandang dari mesjid kemesjid. Aku Jadi teringat saat aku Shalat berjamaah bersama Ayah dan Ibu.
Hujan turun sangat deras, halilintar dimana mana jalanan amat licin, Fladira diam dan aku masih memikirkan bagaimana cara mengertikan Ayah dan Ibu. Tiba tiba taxi berhenti di atas rel kereta api. Aku dan Fladira menatap sang supir. Apa dia mau berbuat jahat? Aku sedikit berburuk sangka pada supir taxi itu.
“ kenapa pak Taxinya?” Tanya Fladira heran
“ wah, saya juga gak tau nih.”
“ atau mungkin bensinya habis pak?”
“ gak bu. Masih full. Biar saya cek dulu “ supir taxi itu keluar dari dalam Taxi.
“ sayang. Aku ke warung itu dulu ya. Aku mau beli air mineral dan roti. Dari tadi kitakan belum makan.” Pamitnya.
“ ya. Fladira, sampai mati kamu harus tau kalau aku cinta sama kamu.”
“ kok kamu ngomongnya kayak gitu?”
“ gak apa apa. Ya udah sana beli air mineralnya.” Suruh ku. Fladira mengangguk. Dia pun keluar dari dalam Taxi. Ku lihat si supir taxi itu kewalahan menghilangkan asap yang keluar dari dalam Taxi itu.
“ Bu, air mineralnya dua yang besar dan rotinya tiga bungkus ya bu” pintaku pada ibu penjaga warung itu.
“ Taxinya kenapa Dik?” Tanya si penjual itu.
“ oohh….mogok bu. Masih di perbaiki.”
“ cepetan dik bilang sama supir Taxinya. Sebentar lagi Kerta api lewat. Nah itu uda ngasih kode.” Ibu itu menyuruh aku mendengar suara klakson kereta api itu. Fladira tampak kaget mendengar penuturan ibu itu. Kereta api sudah mau lewat. Fladira langsung berlari menghampiri Taxi itu.
“ pak kereta api akan segera lewat, Deo keluar dari Taxi itu” teriak Fladira dari ujung sebrang jalan raya sana. Tapi tak ada yang mendengar. Karna masih gerimis makanya aku harus berhati hati dengan hal ini.
“ mas Deo, cepat keluar dari dalam Taxi.” Teriak ku lagi. Akhirnya Fladira mendekat di Taxi itu. Kereta api sudah semakin dekat, orang orang ramai melihatnya.
“ deo….” Aku megetuk kaca jendela Taxi. “ ayo keluar, kereta api sudah mau lewat.” Teriak Fladira histeris.
“ apa sayang?” aku tak mendengar apa yang di bilang Fladira.
“ keluar Deo……..”
“ keluar? Kenapa?”
“ kereta api mau lewat.”
“ apa?!” aku kaget mendengar pernyataan Fladira. Aku mencoba keluar dari Taxi. Tapi sayang semua pintu dan kaca jendela terkunci sulit untuk di buka. Di luar Fladira sudah histeris.
“ Deo…ayo keluar Deo. “ nangisnya. Warga ramai ramai mendorong Taxi itu agar keluar dari lintasan rel kereta pai itu, tapi entah da kekuatan apa taxi itu tidak bisa di dorong. Kereta api mendekat seorang ibu menarik lengan Fladira. Semua orang menepi dri rel kereta api, kereta api menabrak Taxi itu dengan kuat. Kereta api itu menyeret Taxi itu sejauh Tiga meter.
“ Deo…………………………………………….” Jerit Fladira Histeris. Fladira menjerit mengerang gerang melihat kejadian itu. “ Deo………………..”
Kereta api menabrak taxi itu, empat gerbong hancur dan banyak korban jiwa. Aku tak sanggup bila aku menoreskan kisah ini sendiri tanpa ada Deo di sisiku. Mungkin ini jalan untuk kerestuan cinta kami yang suci aku tak bisa melepas kepergian Deo tanpa diriku. Seminggu setelah kepergian Deo, aku berubah menjadi sosok wanita yang tak berdaya. Aku terdiam terbujur kaku karna Demam Berdarah itu telah menitikan jembatan untuk aku melangkah bersama Deo. Aku akan mendapat restu dari Bidadari Surga yang akan menjadi saksi cinta ini.Sebelum aku meninggal aku pernah berdoa mpada Tuhan ku.

Tuhan, kuatkan aku.
Lindungi aku dari putus asa.
Jika aku harus mati
Maka pertemukan aku dengan mu.

Restu cinta itu tak pernah kami dapati dari kedua orang tua Deo, sampai kami meninggalpun kata resti itu tak terdengar dalam bisikan nyanyian Surga, ini bukan zaman siti nurbaya, dan jangan jadikan dirimu menjadi siti nurbaya yang berada di Zaman Modn. Karna itu akan membuat mu menderita. Raih cintamu di bawah kekuatan sang pencipta, karna kalian pasti akan bersatu kalau kalian memperjuangkan cinta sejati, sekalipun kalian harus meninggal.



__S.A.M___

Puisi tentang Ayah



AYAH, KAU HEBAT….!

Ayah…
Betapa hebatnya dirimu
Mampu bertahan disaat kau tenggelam
Dilautan luka dan derita
Meski air mata terus mengalir
Meski kata-kata sulit terucap
Seakan ini adalah mimpi burukmu
Orang yang slalu kau sayang
Tak ada di sisimu tuk menemanimu
Justru “dia” yang menjatuhkanmu
Justru “dia” yang tidak setia kepadamu
Tenggelamkan dirimu ke lautan penuh luka itu
Namun kesabaranmu yang menguatkanmu
Dan mampu beranjak dari kepedihan
Kepedihan yang mengikat hati dan perasaanmu
Kau temukan kebahagiaan bersama cinta barumu
Semoga engkau bahagia selamanya

=================================================

POEM FOR DADDY...

Daddy,,,
Where are you When I need you?
Where are you when I miss you?
Remember you make me sad
Do you remember me there
As I always remeber you here?

Daddy,,,
You never know, how is my feeling
You never here, while I was sick
You never know, what I want
You never here while I miss you
I wanna you beside me now

Daddy,,,
Come here please!
I will embrace you and I’ll wisper something
“I wanna say that “I LOVE YOU SO MUCH,,,,” Daddy,,,


=================================================

"AKU...,ANAKMU...."

Ayah,,, Aku sangat merindukanmu
Mengapa kau tak pernah ada untukku?
Saat aku punya masalah
Engkau dimana Ayah,,,?
Saat aku menangis sedih
Engkau dimana Ayah,,,?
Saat aku sakit
Engkau dimana Wahai Ayah,,,???

Tahukah engkau Ayah?!!
Hatiku luka,hatiku hancur
Hatiku sakit! Apa kau tahu itu?!
Sayagkah Engkau, pedulikah engkau Ayah?
Ayah,,, jangan pernah lupakan satu hal
Bahwa “Aku” yang hina ini Adalah “Anakmu!!!”

=================================================

SANJUNGAN MU

Tak pernah kudengar
Sedikit saja…
Sekali saja…
Kata sanjungan dari bibirmu
Untuk memberi aku semangat

Tak pernah kau puji aku
Sebagai tanda kau bangga padaku
Walaupun aku tak pantas dibanggakan
Yang kudengar dari ucapanmu
Hanya tentang kesalahanku
Yang kau lihat dari diriku
Hanya kekurangan-kekuranganku
Tanpa kau melihat dan tahu
Aku slalu berusaha
Menjadi yang terbaik dihadapanmu
Menjadi yang pantas untuk kau banggakan
Aku haus sanjunganmu, Ayah…….

=================================================

DEMI AYAH… AKU RELA…

Demi melihat kau bahagia
Aku rela kau tak bersamaku
Demi melihat kau tertawa
Aku rela kau tak ingat padaku
Demi melihat kau slalu ceria
Aku rela kau tak di sisiku
Demi Ayah,,, Aku rela,,,

Bahagiamu, bahagiaku juga
Do’aku slalu menyertaimu
Tak mengapa kau tak punya waktu
Untuk menemani aku walau sekejap
Karena ku sadar sepenuh batinku
Kalau kau punya “mereka” sekarang
Demi Ayah,,,,Aku rela,,,,

=================================================

SAAT TERAKHIR SANG AYAH...!!!

Jika kau rindukan aku,
Maka kenanglah masa ketika kita bersama
Dan jika masa itu t'lah berlalu,
Dan tak bisa terulang lagi,
Maka jagalah kenangan kita
Jika suatu hari nanti waktuku telah tiba,
Dan harus pergi meninggalkanmu
jangan kau larang "Aku untuk pergi"...!
Karena Aku tak bisa mengabulkan inginmu...

jangan kau Marah padaku
ketika "Aku" tak bisa tersenyum lagi
Jangan kau merasa kecewa
Ketika "Aku" tak mampu temanimu lagi
Jangan kau bersedih hati
Ketika "kau" tak dapatkan canda tawaku lagi
Iringilah kepergianku dengan senyummu
Bila kau mampu melakukan itu
Aku pasti bangga punya pelita hidup
Seperti dirimu nak...!!!


>>>>>>>>>>All poems bY : Ari Hendariez<<<<<<<<<<

MY PICTURES


Just Me Only



My Friends




3F Poenya

Catatan Masa Laluku

Kali ini aku melangkahkan kakiku kembali dengan sejuta rasa kebimbangan didalam hati. Malam semakin larut, Bintang tak kulihat diatas langit dan Rembulan menyembunyikan kilauan sinarnya yang indah. Yang ku tahu, sisa tetesan air hujan masih mentes disetiap ujung ujung daun dan pepohonan menandakan bahwa tadi hujan lebat telah menguyur mereka. Aku terus berjalan, tak tau apa yang harus aku fikirkan karna mungkin saat ini fikiranku sudah tidak berfungsi hingga aku malas untuk berfikir. Cuaca semakin dingin, Arloji di lengan masih menunjukan pukul sepuluh malam.lampu – lampu jalan yang berdiri di pinggiran jalan kota menemani setiap inci langkah ku yang tak tau harus kemana aku melangkah. Mobil mobil dan kendaraan lain masih berlalu lalang di malam yang dingin ini. Aku berhenti di sebuah tortoar jalan dan aku duduk di pinggirnya dengan melamunkan semua yang terjadi begitu cepat dalam hidup ku. “ oh, jadi itu mau Ayah.” Ucap Seorang Istri kepada sang suami“ ya. Kita akan bercerai dan saya akan menunggu kamu di Pengadilan Agama.” Emosi sang suami pada sang Istri. Entah hal apa yang membuat mereka memutuskan untuk bercerai. Kalimat itu terucap di depan ku saat aku berusia sepuluh Tahun. Aku tak tau apa maksud ayahku berbicara seperti itu pada Ibu ku. Karna yang jelas aku menangis mendengar perkataan itu.Setahun setelah perceraian itu, Bunda sakit parah yang membuat aku makin takut kehilangan Bunda. Setelah aku kehilangan sesosok seorang Panutan bagi ku. Kali ini aku tak punya siapa siapa lagi kecuali Bunda. Aku hanya tinggal berdua dengan Bunda di sebuah rumah Kontrakan setelah kami di usir dari Rumah Ayah. Hal itu membuat aku makin kesal dengan Beliau. Bunda terus batuk yang mengeluarkan darah, aku panik karna aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Bundaku. Wajah Bundaku kelihatan Pucat sekali, aku takut melihatnya aku tak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Bunda.“ Bunda, Bunda kenapa Bunda. Bunda jangan buat Dilka takut.” Aku duduk di sebelah ibu ku sambil membersihkan darah yang keluar dari mulut Ibu karna batuk tadi. Aku mulai takut akan terjadi sesuatu. “…Bunda, Bunda kenapa Batuknya berdarah, Bunda sakit apa?!” aku makin tidak mengerti apa yang terjadi pada Bundaku. Dengan sisa tenaganya Bunda memegang Kepala ku dengan lembut.“ maafkan Bunda ya Nak. Bunda gak bisa buat kamu Bahagia.”“ Bunda kenapa ngomong kayak gitu? Bunda gak sayang ya sama Dilka?”“ enggak, bukan itu Dilka. Bunda sangat sayang sama kamu. Bunda sayang sekali bahkan.”“ jadi kenapa Bunda ngomongnya kayak gitu, Dilka gak pernah minta apa apa sama Bunda. Jadi Bunda jangan Nangis ya.”“ kamu masih kecil sayang, Bunda takut meninggalkan kamu sendirian. Bunda takut kamu kenpapa kenapa.”“ Bunda mau kemana? Bunda jangan Tingalin Dilka” Nangisku di depan Bunda yang sedang sakit. Bunda kembali memegang kepalaku dan aku memeluk Bunda. Aku menagis dan Bunda Juga ikut menangis.“ Dilka. Dengrin Bunda ya nak.”“ iya Bunda. Dilka akan dengerin Bunda.” Ucapku dengan sedakan tangis yang tak usai.“ Hargai selalu orang, jika Dilka ingin di Hargai orang nak. Berbuat baik sama semua orang ya, biar orang – orang sayang sama Dilka kalau Bunda pergi nanti.” Ucap Bunda sambil menangis. “ Jangan pernah buat Bunda nangis kalau nanti Bunda pergi. Bunda sayang sama Dilka.” Bunda terus menangis sambil memegangi kepalaku.“ Bunda Dilka Juga sayang sama Bunda. Bunda gak boleh ngomong kayak gitu. Dilka akan nemenin Bunda selalu disini.”“ tapi Bunda gak bisa nemanin kamu lagi Dilka. Ingat pesan Bunda ya. Jangan pernah menaruh dendam pada Ayah. Cari dia, karna dia adalah Ayah Dilka, walaupun Bunda dan Ayah sudah bercerai.”“ Tapi Ayahkan sudah ngusir kita Bunda.”“ mungkin, waktu itu Ayah sedang emosi. Kamu maukan janji sama Bunda, kalau kamu akan menjadi anak yang baik?”“ ya Bunda. Dilka janji, Dilka akan jadi anak Baik buat Bunda dan semua orang.” Bunda kembali batuk, dan kali ini darah yang keluar dari mulut Bunda semakin Banyak, aku turun dari tempat tidur untuk kerumah Bude. Tetangga yang baik sekali sama aku dan Bunda. Ku tinggalkan Bunda sendiri di dalam kamar. Aku berlari keluar pergi kerumah Bude.“ Bude…..bude….bude…..” teriak ku sambil berlari. Bude yang mendengar teriakan ku keluar dari dalam rumahnya. Dia berdiri di depan pintu.“ ada apa Dilka, kenapa kamu lari lari.?” Tanya Bude yang heran melihat aku.“ Bunda bude, bunda sakit. Dari mulut Bunda keluar banyak darah.”“ ya allah. Bunda mu kenapa Nak?”“ Dilka gak tau Bude. Ayo Bude, tolongin Bunda.” Aku menarik tangan Bude. Bude mengajak beberpaa orang tetangga yang lain untuk kerumahku. Sesampai di rumah aku berdiri mematung melihat Bunda sudah tidur dengan darah yang keluar dari mulut Bunda. Ku lihat Bude memegang mulutnya seraya mengucapkan kata Astafirulla Aladzim.“ Pak Surwo, tolong panggilkan pak Kepling dan pak lurah ya.” Suruh Bude pada orang itu. Aku melihat kearah Bude.“ Bunda kenapa Bude?” bude tak menjawab pertanyaan ku, dia hanya menangis dan menggendong ku. “ ..Bude kenapa nangis. Bunda kenapa Bude?” aku jadi ikut menangis.“ Bunda Mu sudah meninggal nak.” Bude memberitahu aku dengan kata kata yang berat.“ meninggal….” Aku berontak dari pelukan Bude dan meminta bude untuk menurunkan aku. Bude menurunkan ku dan aku berlari ke arah Bunda.“ Bunda….Bunda kenapa gak bangun bangun. Bunda gak sayang sama Dilka. Bunda bangun………Dilka takut sendirian Bunda. Bunda gak boleh meninggal, Bunda jahat.”nagis ku sambil mengucek ngucek kedua bola mata ku.“ udah ya nak.Biarkan Bunda mu tenang. Dilka nanti sama Bude, jadi Dilka gak sendirian. Ia nak…” ucap Bude sambil menangis tersedu sedu.“ Tapi Bunda, Bude. Dilka sayang sama Bunda. Dilka gak mau kehilangan Bunda. Bunda bangun, lihat Dilka disini. Bunda…….” Ucapku sambil mengoyang goyangkan tubuh Bunda. Aku terus menagis memeluk Bunda yang sudah tidak berdaya sama sekali. Bunda, Maafin Semua kesalahan Dilka. Dilka Janji, Dilka akan jadi anak yang Baik. Dilka janji Bunda.Aku kembali sadar dari semua kenagan yang menyakitakan aku di masa lalu itu. Setelah kehilangan Bunda aku tinggal bersama Bude, Bude sangat sayang sama aku. Tapi Pakde Jali tak mau aku berlama lama di rumahnya, hingga aku memutuskan harus pergi dari rumah Bude dan menjadi Gelandangan. Sekarang aku sudah tumbuh dewasa, dan aku sudah punya keluarga yang baik. Tapi semua ini sia sia, karna Bunda gak merasakanya.“ Bunda….Dilka kangen Sama Bunda. Dilka kangen suara Bunda, elusan tangan Bunda di Kepala Dilka sebelum tidur. Dilka kangen Bunda.” Aku menangis setiap kali aku teringat akan kenangan pada Bunda. Seseorang pria mendekati aku, dia duduk disamping ku. Dia menawarkan sebuah tisu dan sebotol air Mineral.“ ini….” Dia menyodorkan sebuah tisu. “ …aku lihat tadi kamu nangis. Kamu kenapa?” tanyanya tanpa melihat kearah ku.“ aku kangen sama bunda aku. Dia berharga banget buat aku. Disaat kami hidup susah, Bunda pergi meninggalkan aku tanpa aku bisa bawa Bunda kerumah sakit. Sekarang setelah aku punya apa yang aku mau, aku uda kehilangan orang yang aku sayangi. Yaitu Bundaku! Ucapku meneteskan Air mata.“ aku ngerti apa yang kamu rasakan, yah…walaupun aku belum pernah ya merasakanya. Terus kamu sekarang tinggal berdua aja sama Ayah kamu?!”“ Ayah ku bercerai sama Bunda sekitar Sepuluh Taun yang lalu. Dan aku gak tau dia di mana. Aku tinggal sama Pak Akbar. Beliau Orang Tua angkat ku yang baik.” Jelas ku.“ maksud kamu Pak Akbar yang pengusaha itu. Hebat dong hidup kamu.”“ walaupun aku senang dengan itu, tapi tak seindah yang aku rasakan saat bersama Bunda dan Ayah ku.” Jelasku“ terus kamu gak mau nyari Ayah kamu diamana?”“buat apa, yang ada hanya menyakitkan. Mungkin dia gak pernah ingat sama aku, atau jangan jangan dia juga sudah meninggal. Entalah aku males mengingatnya. Mengingatnya ibaratkan aku membuka luka lama yang sudah mulai aku obati.”“ kamu dendam sama dia?!”“ dulunya ia.semenjak Bunda menasehati aku, bahwa kita gak boleh menyimpan dendam. Aku hanya ingin melupkanya.” Ucapku berat.“ oh ya… Aku Randha. Kamu?”“ aku Dilka. Kamu ngapain disini?”“ aku nemanin papaku beli Pizza disana” ia menunjuk kearah Medeka Walk.“ oh….ntar dia nyariin kamu loh.”“ paling dia Nelphone aku. Kamu ngapain disini?”“ aku nyari Taxi.”“ uda malam gini, mana ada Taxi yang lewat lagi. Kalau gak salah Rumah Pak Akbar di daerah Setia Budikan.”“ iya….”“ kamu bareng aku aja. Kebetulan kita searah.”“ gak usah, uda malam. Nanti aku jadinya ngerepotin kamu.“ udah tenang aja. Papaku udah sms nih, yuk….” Dia menarik tanganku. Dan kamipun berjalan mendekati Mobil Papanya di parkirran.“ Randha, cerita tadi jangan cerita sama siapa siapa ya.”“ok. Tapi nanti kita akan tukaran nomor Telphone. Ok.” Aku hanya mengangguk mendengar penuturannya. Randhapun mengetuk kaca jendela mobil papanya. Seseorang keluar dari dalam mobil itu. Tubuhnya besar, ia mengenakan T-Shirt berwarna Biru muda dan celana panjang berwarna hitam. Sepertinya aku pernah melihat orang ini. Tapi dimana. Ya…aku sepertinya kenal dengan Beliau.“ Dilka, kenalin ini Papa ku.” Randha mengenalkan papanya padaku.“ saya Dilka Oom.” Aku berjabat tangan padanya. Orang itu melihatiku dalam dan begitu juga aku. Sepertinya aku semakin yakin kalau aku kenal dengan orang ini. Ya… dia adalah orang yang pernah membuat aku menjadi seorang gelandangan. Aku buru buru melepaskan jabatan tangan itu.“ maaf, kalau saya boleh tau. Nama panjang kamu siapa ya?” tanyanya spontan. Aku bergumam di dalam hati, pasti dia ingin memastikan apa yag ia fikirkan sama seperti aku. Aku gak mau dia tau siapa aku sebenarnya.“untuk apa Oom?”“ enggak, enggak apa apa.” Ucapnya salah tingkah“ papa kenapa sih. Dia ini Dilka…..”“ Dilka Anggara Randitha.”sambungku sebelum Randha meneruskan kalimatnya. Aku sedikit memalsukan nama ku. Nama ku sebenarnya adalah. Fladilka Aditya. Sebenarnya aku ingin sekali memeluknya tapi untuk apa. Dia bukan milik ku lagi, sekarang dia sudah menjadi seorang Ayah buat Randha.“…Dilka ini Pa, Anak Pak Akbar. Dia kemaleman pulangnya jadi dia bareng kita ya. Bolehkan Pa.”“ kayaknya aku pulang sendiri aja deh Ran. Gak apa apa kok.”“ udah, kamu bereng saya aja.” Ucap Oom itu. Aku hanya diam dan kami masuk kedalam mobil.“Dilka, kamu di depan aja ya. Aku mau tidur di belakang.” Suruh Randha“ Kenapa Gitu Ran?”“ udah gak apa apa.” Akupun duduk di samping papanya Randha yang tak lain juga seorang Ayah dari masa laluku. Mobil kembali melaju dan kulihat kebelakang, Randha memejamkan matanya. Sepertinya dia kelelahan karna juga ini sudah malam.“ melihat kamu mengingatkan saya pada seseorang.” Ucap Oom itu memecah keheningan malam itu.“ oh ya…. Siapa?” tantang ku.“ udah lupain aja.” Ngelesnya“ Rumah saya sudah dekat Oom. Saya turun disini saja.” Pinta ku“ tapi,….”“ gak apa apa Oom.” Mobilpun menepi dan aku turun dari dalam mobil itu tanpa mengucapkan kata terima kasih. Mobil itu meninggalkan aku dan aku kembali sendiri disini. Aku berteriak, karna seseorang yang ingin aku lupakan telah menampakan wajahnya kembali di hadapan ku. Aku berjalan menuju ke rumahku yang sekarang. Ku gedor pintu rumah, seorang pembantu membukakan Pintu rumah.“ Mas Dilka. Dari tadi bapak Nungguin Mas.” Beritahu Bu Lasri. Aku mengangguk. Aku masuk kedalam dan berjalan memasuki kamarku.“ kemana kamu Dilka, jam segini baru pulang” Tanya Pak Akbar.“ Dilka kemaleman Pulangnya pak. Tadi Dilka ngerjain Tugas kampus.”“ kenapa Mobil gak kamu bawa?”“ Dilka kira gak akan seperti ini kejadiannya. Dilka capek, Dilka mau Istirahat. Semuanya kita bahas besok aja ya pak.” Pintaku. Aku masuk kedalam kamar ku. Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur itu dengan segumpalan fikiran yang amat kacau. Aku kembali mengingat semua itu. Masa lalu yang telah menyakitkan aku. Setelah semua hal yang membebankan aku, kini aku membuka mata ku dan yang ku lihat mentari sudah menampakan cahayanya. Aku terbangun, aku mulai sadar kalau aku telah ketiduran dengan semua fikiran yang menyakitkan kepalaku. Aku mulai masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.selesai mandi aku bergegas turun kebawah untuk sarapan bareng Pak Akbar dan Bu Mellisa. Aku mendakati ruang makan itu.“ Pagi Dilka.” Sapa Bu Mellisa.“ Pagi Bu.”“ sarapan dulu sebelum ke kampus.” Aku duduk di sebelah Bu Mellisa.“ pak, hari ini aku gak masuk kuliah ya. Aku mau pergi sebentar, ada hal yang ingin aku selesaikan.” Pintaku. Aku meminta Izin pada Pak Akbar.“ baik. Tapi setelah itu kamu harus pulang.”“ iya pak” aku mengganguk. Kedua orang tua angkatku ini tidak mempunyai anak, makanya aku yang mereka Adopsi. Ketika itu………………..Hujan turun amat deras, aku masih saja terus mengamen di setiap Bel merah. Aku takut jika aku tak memberi setoran aku akan di pukul oleh Bang Ipol. Dia kepala Preman disini. Aku takut. Aku sudah menggigil kedinginan, hingga aku bernyanyi di samping mobil Pak Akbar ini. Beliau menyuruh Istrinya untuk turun mendekati aku. Beliau memayungi aku.“ hujan loh, nanti kamu sakit. Ayo Ikut Tante.” Ajaknya ramah. Aku menolak, karna aku takut pada Bang Ipol.“ gak apa apa, nanti setoran kamu, tante yang bayarin.” Karna hujanpun semakin lebat, aku menurut saja yang penting setoran ku ada untuk hari ini. Aku ikut dengan Bu Mellisa dan masuk kedalam mobilnya. Beliau membawa aku ke rumah mereka yang sekarang ini menjadi rumahku.“ kamu tidak perlu mengament lagi. Mulai hari ini kamu tinggal sama Oom Dan Tante.”“ Tapi Oom, Tante. Saya ini anak Jalanan, apa tante gak malu?”“ kenapa Tante harus malu sayang? Tante gak perduli kamu berasal dari mana, yang jelas tante ingin kamu tinggal disini.” Ucap tante itu.“ siapa nama kamu?” Tanya Oom Akbar“ Nama Saya Dilka Oom. Umur saya 12 Tahun” beritahu ku“ nanti kita mita izin ya, sama orang tua kamu.”“ saya gak punya orang tua lagi. Ayah saya sudah cerai dengan Ibu saya. Dan Bunda sudah meninggal dua Tahun yang lalu. Saya tinggal sendiri di jalanan.”Sejak itu mereka berdua mengadopsi ku, mereka menyekolahkan aku hingga aku menjadi seperti ini. Aku akan selalu mengingat pesan Bunda, kalau aku harus menjadi anak yang baik. Aku mengendarai mobil ku sendiri, aku membawa laju mobil itu kearah pemakaman. Sudah lama aku tidak kepemakaman berjiarah ke makam Bunda. Setelah membeli Bunga pemakaman aku langsung buru buru membawa Mobil ke tempat pemakam itu. Aku parkirkan Mobil ku, aku mendekati makam Bundaku. Jantungku berdebar cepat kala aku menginjakan kaki ku di pemakaman itu.Aku masih berdiri diam mematung di depan makam Bundaku. Aku kembali menangis, aku mengingat semua kenangan Indah bersama Bunda. Bunda yang selalu memanjakan aku dan Bunda yang amat aku sayangi.“ Bunda Dilka datang. Maafin Dilka ya, baru bisa Lihat Bunda sekarang. Dilka sekarang udah tumbuh dewasa Bunda. Dilka sekarang sudah ngerti semuanya, semua hal yang membuat kita menderita Bunda. Dilka diadopsi sama pak Akbar. Beliau baik banget Bunda sama Dilka. Dilka jadi kangen sama Bunda.” Ucapku sambil memegang Batu nisan makam Bunda.“ Bunda. Apalah arti kebahagian Dilka, kalau Bunda tidak bisa ikut merasakanya. Dilka mau meihat Bunda tersenyum lagi seperti dulu, tertawa dan selalu bermain sama Dilka. Dilka pengen banget Bunda bisa merasakan kebahagiaan Dilka. Dilka kangen Sama Bunda.” Aku mulai menaburkan Bunga di atas makam Bunda.“ tadi malam, Dilka jumpa sama Ayah, Bunda. Ayah tak ingat sama Dilka. Dilka kangen sekali sama Ayah. Tapi Dilka gak bisa meluk Ayah. Karna dia Bukan Ayah Dilka lagi Bunda. Dia bukan Ayah Dilka lagi.” Aku masih terus menangis di depan pemakaman Bunda.“ doain yang terbaik buat Dilka Bunda. Dilka gak sanggup kalau Dilka harus membuka luka lama itu. Dilka sayang sama Bunda. Dilka takut Bunda, Dilka takut jadi anak yang durhaka pada kedua orang tuanya. Dilka takut Bunda.”“ Dilka selalu teringat sama Bunda. Ingat Bunda marahin Dilka, Nasehatin Dilka, Manjain Dilka dan bermain bersama Dilka. Dilka janji Bunda, dilka akan jadi anak yang baik dan selalu berbuat baik buat semua orang. Tapi Dilka gak bisa Bunda, kalau Dilka harus ngelupain Bunda. Karna Bunda adalah orang yang Dilka sayangi dan Dilka taruh di dasar hati Dilka untuk selamanya Bunda.” Air mata kuterus bercucuran dari kedua bola mataku.“ Dilka janji, suatu saat nanti Dilka akan nemuin Ayah dan bilang semuanya Ke ayah. Biar ayah tau siapa Dilka sebenarnya. Bunda doain Dilka ya….” Aku jadi teringat sebuah lagu yang amat kusukai….. Ku ingat saat ayah pergi dan kami mulai kelaparan,hal yang biasa buat aku hidup di jalanan,di saat ku belum mengerti arti sebuah perceraian,yang hancurkan semua hal indah yang dulu pernah aku milikiHatiku pedih dan air mata ku meleleh kala aku mendengar lagu itu, karna lagu itu mengambil andil untuk mewakili perasaan ku pada Ayah.aku meninggalkan pemakaman itu, aku masuk kedalam mobil dengan mata yang memerah. Aku kembali melajukan mobil dan melintasi jalan raya. Aku melihat sebuah Rumah makan di pinggir jalan, perut ku terasa lapar. Karna emang aku belum makan siang. Ku parkirkan kembali mobil ku. Aku memasuki Rumah makan itu. Aku memesan makanan ke pelayan rumah makan itu. Aku duduk di meja nomor 05. di belakang ku masih ada meja meja yang lainya. Seseorang mendakti ku dan dia duduk didepan ku.“ Anda.” Ucapku kaget pada sosok yang duduk di hadapan ku. “ ngapain anda disini?”“ bukankah ini temapt umum, jadi siapa saja boleh dong kemari.”“ anda mengikuti saya?” tanyaku ketus.“ tidak, kita kebetulan jumpa disini”“ kalau anda tidak mau mengaku. Biar saya yang pergi dari sini.”“ tunggu” ucapnya menahan ku. “ ok..saya mengikuti kamu, karna saya ingin tahu siapa kamu.” Ucapnya lirih“ kurang jelas penjelasan malam itu buat Bapak?” akusedikit menyolot kerah Beliau yang taklain adalah Ayahku.“ saya hanya ingin mencari tau kebenaran itu. Siapa nama asli kamu sebenarnya?”“ saya sudah Bilang nama saya pada bapak Malam itu. Kurang?”“ kamu pasti berbohong. Saya tau siapa kamu.”“ ok, kalau bapak tau siapa saya. Lantas apa yang bisa Bapak buat sekarang setelah Bunda saya meninggal?!” ucapku spontan“ Bunda kamu meninggal?” kagetnya“ ya, semua ini karna Bapak yang telah membuat kami menderita. Bapak tahu, setelah Perceraian itu, Bunda sakit dan aku harus kehilangan Bunda dalam usiaku yang masih Sepuluh Tahun. Dan Bapak, pernah mencari dimana kami berada?” aku mulai emosi dan kesal.“ Ayah Khilaf. Sekarang Ayah Merasa amat berdosa sama kamu”“ oh….kenapa harus sekarang? Ayah tau,betapa hancurnya hatiku melihat orang orang di sekitar ku punya kebahagiaan yang aku gak punya? Apa pernah Ayah ngerti perasaan aku saat aku jadi gelandangan hidup sendiri tanpa orang tua?!” aku semakin kesal.“ maafkan Ayah Dilka.” Pintanya dengan wajah yang berdosa.“ sudalah, saya dan Bunda saya sudah melupakan semua itu. Dan sekarang saya mohon tinggalkan saya disini. Karna kamu bukan Ayah ku lagi. Kau bukan milik ku lagi. Karna kau sudah punya keluarga sendiri dengan keptusan anda yang menyensarahkan kami waktu itu. Lupakan saya sebagai Anak mu, Lupakan saya sebagai darah Daging mu. Karna itu hanya bagian dari masa lalu saya.” Aku menjelaskan semuanya padanya.“ Dilka dengar Ayah.”“ kamu Bukan Ayah ku. Kamu Bapak Vernando Aditya.“ ok, dengar kan saya. Ada mantan Istri dan ada mantan pacar. Tapi tak ada di Dunia ini mantan Ayah atupun mantan anak Dilka. Kamu harus tau itu.” Aku diam mendengar penjelasan itu. Akupun terbawa emosi hingga aku menjadi seorang sosok yang menakutkan bagi diriku sendiri.“ semua itu emang gak akan tejadi. Kalau kamu tau apa yang kamu lakukan waktu itu pada Ibu saya.”“ Banyak alasan yang harus Ayah jelaskan sama kamu Dilka. Kamu harus ikut ayah pulang kerumah ayah.”“enggak Tuan Vernando Aditya. Saya gak akan pernaha ikut anda. Ngerti?”“ kamu anak saya, kamu harus tinggal sama saya.”“ saya sudah punya keluarga sendiri dan anda juga sudah punya keluarga sendiri. Jadi jangan pernah mencoba merayu saya untuk ikut sama anda.” Akupun pergi dari Rumah makan itu.“ saya akan tuntuk Pak Akbar kalau kamu tidak mau ikut dengan saya” langkah ku mendengar penuturan Ayah. Aku membalikan wajahku.“ maksud anda apa?” ketus ku“ saya akan tuntut dia dengan kasus pengadopsian Ilegal.” Tantang Ayah“ dulu anda membuat saya menjadi gelandangan karna ulah anda, dan sekarang anda ingin melihat saya jadi gelandangan lagi dengan membuat pengaduan seperti itu.”“ kamu tidak akan menjadi gelandangan, karna kamu akan ikut dengan saya.” “ dengar saya tuan. Saya tidak akan ikut anda dan saya juga tidak akan tinggal lagi dengan Keluarga Pak akbar. Jadi tidak akan ada lagi yang meributkan kehadiran saya.” Putus ku. Aku berlari keluar mendekati parkiran. Ayah mengejarku dan aku ingin cepat cepat lolos dari dia. Ku tinggalkan mobil ku dan aku berlari. Sepeda motor berwarna hitam metalik mengendarai sepeda motornya dengan laju yang amat kencang. Aku tak tau kalau aku sekarang berdiri di pinggir jalan, bahkan hampir ketengah. Aku berlari sambil melihat kebelakang.Aku tak sadar lagi setelah sepeda motor itu menabarak ku hingga aku terbanting ke aspal dengan sangat mengenaskan. Ayah berlari lari di belakang sambil meneriaki nama ku, sayup sayup aku melihat orang ramai mengerumuni aku.Suasana kembali menjadi serba Putih. Aku berdiri sendiri di situ. Aku membuka mataku dan aku melihat aku berdiri pada suatu titik yang membuat aku tak ingin melihatnya. Bukanya aku tadi kecelakaan, lalu kenapa aku disini? Seorang wanita memegang pundak ku dari belakang. Aku melihatnya…..“Bunda…………..” aku langsung memeluk wanita itu. Wanita yang amat aku rindui. “….Bunda, Dilka kangen sama Bunda.” Aku menangis.“ Dilka. Kamu gak boleh ikut Bunda. Kamu harus ikut Ayah. Gimanapun dia Ayah kamu nak.”“ tapi Bunda…..”“ ingat pesan Bunda. Jangan dendam sama Ayah mu. Dia sudah mau mengakui kesalahnya. Kamu harus memaafkanya”“ Bunda, dia itu yang membuat Dilka kehilangan Bunda. Dilka gak mau kehilangan Bunda lagi. Dilka mau ikut sama Bunda.”“tidak bisa sayang. Kamu haus menyelesaikan semuanya. Ayah sangat sayang sama kamu.”“ Bunda mau kemana lagi?”“ Bunda harus pergi sayang.”“ Bunda………………………………” aku terbangun dan aku sudah berada di dalam Ruang gawat darurat. Sudah satu Bulan aku mengalami Koma yang membuat aku melupakan semuanya. Saat aku kembali membuka mataku, semua masa lalu itu membayangi ku. Aku menangis mengingat semua itu. Aku tak menyangka bahwa aku akan seperti ini. Aku masih ingat pada waktu itu………Aku melihat seorang anak bermain main kejar kejaran dengan Ayahnya dan Ibunya tertawa melihat kelakuan Ayah dan Anak itu. Aku berdiri dari jarak lima meter memandang mereka dengan sebuah kerincingan yang terbuat dari penutup botol. Aku menangis dan aku ingat saat Bunda bermain main dengan aku dan Ayah membawakan aku Coklate setiap beliau pulang dari kerjanya.Tapi setelah Bunda memergoki Ayah selingkuh hidup kami menjadi berubah 180 derajat hingga aku harus kehilangan Bunda ku. Aku menjadi gelandangan dengan Usiaku yang baru dua belas tahun. Aku mengalami tekanan fisik yang membuat aku selalu menderita hingga aku bertemu dengan Pak Akbar dan Istrinya. Hingga aku menjadi seperti ini.Dan terakhir………..aku mengalami kecelakaan seperti ini dan Ayah kembali hadir dalam hidup ku. Ingin Hilang ingatan ku rasa, saat aku mengingat semua itu. Biar aku tak tau kalau Ayah ku yang telah kejam membuat anak dan Istrinya menderita. Hingga aku bisa menerimanya dengan Hati yang Ikhlas. Tapi semua sudah terjadi dan aku tidak akan bisa mengulang waktu dan aku harus menerima semua itu. Karna bagaimanapun dia tetap Ayah ku.Ku lihat Ayah duduk di samping ku, beliau masih tidur. Aku lihat jam beker. 01.00 wib dini hari. Maafkan Delka Ayah. Delka akan ikut sama Ayah.Semua masalah pasti ada solusinya dan pasti juga da penjelasanya. Jadi jangan pernah kalian mensia – siakan sesuatu itu. Karna sesuatu itu akan menagih ke kalian tentang suatu penjelasan. Penjelasan yang kalian sendiri sulit untuk menjelaskanya.

__swldn__

Copyright © 1996 Fresh OrangeTemplate Modification by : ARIE SANJAYA{}

NIKMATILAH ARTIKEL DIBLOG INI SESEGAR BUAH JERUK!